Kepala Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara ( BP Danantara), Muliaman Darmansyah Hadad, menyampaikan peluncuran BP Danantara bakal diselenggarakan pada Kamis, 7 November. Waktu peresmian tersebut lebih cepat dari rencana sebelumnya pada Jumat, 8 November.
Keputusan tersebut merupakan hasil rapat terbatas antara pimpinan BP Danantara dan Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka Jakarta pada Selasa (5/11). Peluncuran BP Danantara nantinya juga akan dihadiri oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Tanggal 7 di Jalan Suroso, Gedung Danantara," kata Muliaman seusai pertemuan dengan Prabowo.
Wakil Kepala BP Danantara, Kaharuddin Djenod Daeng Manyambeang, menyampaikan saat ini pemerintah tengah mempercepat pembentukan regulasi Danantara lewat beberapa revisi peraturan pemerintah (PP) dan instrumen hukum lainnya. "Regulasi ini lagi disiapkan semuanya, ngebut ini," ujar Djenod.
Sebelumnya, Kepala BP Danantara, Muliaman Darmansyah Hadad, menyampaikan bahwa pengelolaan dan operasional Danantara akan merujuk pada hasil revisi undang-undang Badan Usaha Milik Negara alias RUU BUMN. Menurut Muliaman, instrumen hukum lewat revisi UU BUMN bakal mengatur tugas, sumber anggaran, hingga target organisasi.
Dia menguraikan, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara akan menjadi entitas negara yang mengintegrasikan sekaligus mengelola kekayaan maupun aktiva pemerintah yang ada di setiap kementerian. Lembaga ini akan mengelola aset pemerintah yang dikelola oleh kementerian dan telah digabung menjadi satu.
Muliaman mengatakan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara nantinya bakal beroperasi layaknya Temasek yang menjadi Holding BUMN Singapura yang dapat berinvestasi di perusahaan luar negeri.
Melansir laman Temasek.com, Holding BUMN Singapura senilai S$ 389 miliar per 31 Maret 2024 itu banyak menanamkan modalnya di sejumlah perusahaan asing. Salah satu portofolionya adalah 17% porsi kepemilikan saham di bank multinasional asal Inggris, Standard Chartered. Temasek juga punya portofolio saham 3% di perusahaan asuransi AIA Group Limited yang berbasis di Hong Kong.
Menurut Muliaman, lembaga pengelola investasi Indonesia Investment Authority (INA) akan melebur ke dalam tubuh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara nantinya. Meski begitu, dia mengaku masih meraba-raba soal kepastian bentuk dan ruang lingkup badan baru tersebut.
"Cikal bakalnya INA, cuma nanti diperbesar. Mirip-mirip itu, tapi lebih besar," kata Muliaman.