BMKG Ingatkan Dampak Siklon Selama Libur Nataru, BNPB: Daerah Jawa Siaga Bencana

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/YU
Petugas memantau pusaran siklonik melalui layar monitor di Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, Jawa Timur, Jumat (5/1/2024).
Penulis: Ira Guslina Sufa
10/12/2024, 11.53 WIB

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi keberadaan tiga bibit siklon tropis yang dapat meningkatkan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia. Prakirawati BMKG Adindia Dara mengatakan curah hujan berpotensi terjadi di Indonesia bagian barat-timur dalam beberapa hari ke depan. 

Menurut Adindia setidaknya pada Minggu (8/12) pihaknya mendeteksi secara sekaligus tiga pergerakan bibit siklon tropis 91S, 93S, dan suspek area yang berpotensi menjadi bibit siklon tropis. BMKG meminta masyarakat waspada dengan dampak yang mungkin timbul 

Secara rinci BMKG menjelaskan bahwa bibit siklon 91S terdeteksi masih berada di Samudera Hindia Barat Daya Lampung tetapi mulai menjauh dari wilayah Indonesia. Hal ini membantu perlambatan angin dari Samudera Hindia selatan Jawa bagian barat dan barat daya Lampung dan menginduksi kecepatan angin lebih dari 25 knot dari perairan barat Bengkulu-selatan Jawa Timur hingga barat daya Lampung.

Sementara itu, keberadaan bibit siklon 91S ini dapat memberi dampak tidak langsung terhadap peningkatan intensitas hujan sedang-sangat deras (50-100 mm per jam) di daerah Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, dan Jawa Barat. Situasi ini juga meningkatkan gelombang laut tinggi 1,25-4 meter mulai dari perairan barat Aceh sampai Samudera Hindia selatan Pulau Jawa dalam 24 jam atau 72 jam ke depan.

Begitupun halnya dengan bibit siklon tropis 93S yang berada di sekitar Samudera Hindia selatan Sumba. Bibit siklon tersebut membantu perlambatan angin memanjang dari selatan Jawa Barat-Jawa Timur, Laut Flores-Laut Timor, perairan selatan NTT-Samudera Hindia selatan NTT, selatan Jawa-NTB dengan kecepatan lebih dari 25 knot.

Keberadaan bibit siklon 93S ini, menurut BMKG, dapat memberi dampak tidak langsung terhadap peningkatan intensitas hujan sedang-sangat deras di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I Yogyakarta, Bali, NTB, dan NTT. Selain itu, juga dapat meningkatkan gelombang laut tinggi 1,25-4 meter mulai dari Selat Makassar bagian selatan, Selat Bali, Laut Flores-Samudera Hindia selatan Bali, NTB, hingga NTT dalam 24 jam atau 72 jam ke depan.

Kemudian suspek area yang berpotensi untuk tumbuh menjadi bibit siklon tropis yang saat ini terpantau di Laut Arafura selatan Kepulauan Tanibar dengan kecepatan angin maksimum 5-10 knot (9-19 kilometer per jam) dan tekanan minimum sekitar 1.007 hPa.

Aktivitas yang terjadi di suspek area tersebut diprediksi BMKG mampu meningkatkan potensi hujan lebat dalam 24 ini di Sulawesi Selatan, Maluku bagian selatan, dan Papua bagian selatan, juga meningkatkan gelombang laut tinggi 1,25-2 meter di perairan Kepulauan Semata-Kepulauan Tanibar, perairan Kepulauan Kai-Kepulauan Aru, Laut Arafuru bagian barat dan tengah.

Potensi Bencana di Pulau Jawa

Di tengah adanya peringatan waspada dari BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turut mengingatkan seluruh daerah di Pulau Jawa agar bersiaga menghadapi potensi bencana alam. “Kondisi tersebut dikarenakan yang terjadi saat ini masih awal, puncaknya akan berlangsung awal 2025 sebagaimana prakiraan dari BMKG,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers bertajuk “Disaster Briefing” Senin (9/12). 

Berdasarkan analisa BMKG diketahui Pulau Jawa, dan 60 persen zona musim di Indonesia lainnya saat ini sudah berada pada musim penghujan dan puncaknya berlangsung sampai kuartal pertama 2025. Dalam rentang waktu tersebut, BMKG melaporkan kalau hujan meningkat sebesar 20 % dibandingkan kondisi normal. 

Menurut Abdul, peringatan dari BMKG harus menjadi perhatian serius masyarakat dan  pemerintah daerah demi meminimalisasi dampak buruk yang akan ditimbulkan. Adapun dalam peningkatan kesiapsiagaan dapat dilakukan dengan cara mengintensifkan pengecekan pada kawasan aliran sungai, perbukitan, tebing curam, mempersiapkan peralatan, anggaran dan termasuk menetapkan status tanggap darurat bencana.

“Kalau daerah sudah langganan bencana segeralah menetapkan status tanggap darurat sehingga pemerintah pusat dalam hal ini BNPB bisa memberi pendampingan kepada daerah,” ujarnya.

Berdasarkan data rekapitulasi BNPB banjir dan tanah longsor mendominasi kejadian bencana pada sejumlah daerah di Pulau Jawa dari 2-9 Desember 2024. Masing-masing Kabupaten Pandeglang, Lebak, Serang, Cianjur, Sukabumi, Kabupaten Bogor, Pasuruan, Sumenep, Malang, Bandung Barat, dan Cilacap.

BNPB mencatat, di Kabupaten Pandeglang ada 48.340 orang menderita/mengungsi dan satu orang warga meninggal dunia akibat banjir. Kemudian Kabupaten Lebak tercatat ada 9.705 orang menderita/mengungsi dan tiga orang warga meninggal dunia karena banjir, 1.556 orang menderita/mengungsi dan dua meninggal karena tanah longsor. Kabupaten Serang tercatat sebanyak 1.053 orang menderita atau mengungsi.

Kabupaten Cianjur tercatat ada 1.927 orang menderita/mengungsi dan dua orang warga meninggal dunia karena tanah longsor, 4.909 orang menderita/mengungsi dan tiga meninggal karena banjir. Di Kabupaten Sukabumi sampai dengan Senin sore untuk jumlah korban tanah longsor di Sukabumi ada satu orang meninggal dunia, 12 orang menderita atau mengungsi dan menyebabkan kerusakan lima unit rumah. 

Sedangkan untuk jumlah korban banjir bandang sementara terdata ada sebanyak 12 orang meninggal dunia, 7.770 orang menderita atau mengungsi dan menyebabkan kerusakan 1.260 unit rumah. Lalu untuk korban pergerakan tanah ada sebanyak 300 orang warga mengungsi dan 30 unit rumah rusak di Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar.

Selanjutnya bencana banjir di Kabupaten Bogor sebanyak 53 orang warga menderita/mengungsi dan merusak 18 unit rumah. Di Kabupaten Pasuruan sebanyak 5.280 orang warga menderita/mengungsi karena banjir dan merendam 969 unit rumah. 

Selanjutnya di Kabupaten Sumenep sebanyak 75 orang menderita dan 15 unit rumah rusak. Di  Kabupaten Malang sebanyak 600 orang menderita dan 120 unit rumah terendam, Kabupaten Bandung sebanyak 68 orang mengungsi karena banjir. Terakhir di Kabupaten Cilacap banjir yang terjadi pada Sabtu (7/12) menyebabkan 2.831 orang menderita, 11 orang mengungsi, dan 1.196 unit rumah terendam.