Prabowo Ingin Tambah Anggaran Riset Perguruan Tinggi

Presiden Prabowo Subianto berencana menambah anggaran riset menjadi sekitar 1% dari Produk Domestik Bruto atau PDB. Hal ini bertujuan menggenjot industrialisasi.
Rencana tersebut disampaikan oleh Prabowo saat menggelar pertemuan dengan ratusan rektor di Istana Merdeka Jakarta pada Kamis (14/3).
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto menyampaikan gagasan untuk meningkatkan anggaran riset berangkat dari langkah Pemerintah Korea Selatan yang mengalokasikan 4% dari PDB untuk riset dan inovasi.
“Ketika pembangunan bisa berjalan cepat, maka industrialisasi berbasis teknologi bisa bergerak cepat. Pak Presiden berharap juga terjadi peningkatan paling tidak hingga 1% dari PDB,” kata Brian dalam konferensi pers usai pertemuan di Istana Merdeka Jakarta, Kamis (14/3).
Menurut Brian, Prabowo menekankan pentingnya pendidikan berkualitas yang dapat diakses oleh semua mahasiswa. Presiden berupaya ingin mencetak lulusan perguruan tinggi memiliki keterampilan yang siap pakai di dunia kerja dan sektor pembangunan.
"Jadi maksudnya yakni bagaimana para mahasiswa agar setelah lulus bisa lebih siap untuk bekerja atau masuk mengisi sektor-sektor pembangunan," kata Brian.
Brian menyampaikan Prabowo meminta perguruan tinggi untuk dapat menghasilkan produk-produk unggulan yang dapat mendorong kemandirian bangsa di beragam sektor. Prabowo menyoroti urgensi kemandirian dalam sektor pangan, kesehatan, energi, air, serta hilirisasi mineral.
Menurut Brian, Prabowo meminta perguruan tinggi dapat berperan aktif dalam inovasi dan pengembangan teknologi untuk mewujudkan visi tersebut.
Pada momen tersebut, Prabowo juga menyampaikan peran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara sebagai motor penggerak industri strategis nantinya. Perguruan tinggi diharapkan berperan sebagai tulang punggung riset, inovasi, dan pengembangan sumber daya manusia untuk mendukung percepatan industri di masa depan.
“Presiden juga menyampaikan, hanya bangsa yang menguasai sains dan teknologi yang akan menjadi bangsa makmur,” ujar Brian.
Agenda pertemuan selama pukul 16.30 WIB sampai 20.30 WIB itu dihadiri oleh 124 rektor perguruan tinggi negeri, 40 rektor perguruan tinggi swasta, 18 rektor perguruan tinggi keagamaan dan 17 pimpinan lembaga layanan pendidikan tinggi atau LLDikti.
Forum temu presiden dan rektor itu terselenggara di dalam tenda raksasa yang dibangun di halaman tengah Istana Merdeka. Pertemuan ini diselingi kegiatan buka puasa bersama.
Rektor Institut Pertanian Bogor atau IPB Arif Satria menyampaikan porsi dana riset baru 0,03% dari PDB. “Idealnya 2% dari PDB. Itu sudah bagus sekali,” kata Arif.
Arif mengusulkan agar dana riset bisa ditingkatkan dengan melibatkan sektor swasta dan BUMN. Langkah ini menjadi cara alternatif agar aktivitas riset juga bisa didanai oleh perusahaan-perusahaan besar, termasuk badan usaha negara.
Skema tersebut memungkinkan perusahaan tidak perlu lagi membangun fasilitas research and development atau RnD, karena sudah bekerja sama dengan universitas yang memiliki sumber daya akademik dan infrastruktur riset.
“Saya mengusulkan agar perguruan tinggi dijadikan pusat riset dan pengembangan untuk BUMN di Indonesia. Jadi tidak perlu membangun RnD sendiri, manfaatkan saja perguruan tinggi,” ujarnya.
Pengembangan sektor pendidikan menjadi salah satu janji kampanye Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dalam Pemilihan Presiden 2024. Dalam visi dan misi yang tertuang dalam konsep 'Bersama Indonesia Maju', mereka berkomitmen meningkatkan alokasi dana untuk riset dan inovasi.
Dana tersebut ditargetkan mencapai 1,5% – 2% dari PDB dalam lima tahun. Anggaran ini dianggap sebagai investasi untuk memperbaiki kualitas pendidikan, serta penguasaan sains dan teknologi.