Prabowo Minta Danantara Terlibat Proyek Petrokimia Milik Lotte di Cilegon
Presiden Prabowo Subianto meminta Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) untuk ikut serta dalam proyek pabrik petrokimia yang tengah dibangun oleh Lotte Chemical di Kota Cilegon, Banten. Pabrik itu rencananya akan diresmikan pada September atau Oktober tahun ini.
Keputusan tersebut merupakan salah satu hasil pertemuan antara Prabowo dan Presiden Lotte Chemical Corporation, Young Jun Lee, di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin (28/4). Lotte Chemical Corporation adalah salah satu dari 19 perusahaan Korea Selatan yang tergabung dalam Federation of Korean Industries (FKI) yang bertemu dengan Prabowo di Istana pada hari ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan keputusan tersebut berawal dari inisiatif Lotte Chemical yang menawarkan agar Pemerintah Indonesia ikut memiliki saham atau berinvestasi di proyek pabrik petrokimia.
“Bapak Presiden secara prinsip menyetujui Indonesia berpartisipasi di dalam Lotte Chemical tersebut dan diberi tugas kepada Danantara untuk melakukan kajian dan tindak lanjut investasi tersebut,” kata Airlangga dalam konferensi pers setelah pertemuan.
Airlangga mengklaim pabrik petrokimia yang tengah dibangun oleh Lotte akan menjadi fasilitas produksi bahan kimia terbesar. “Pabrik Lotte Chemical akan diresmikan di bulan September-Oktober nanti, dan ini salah satu program pabrik petrokimia besar,” ujar Airlangga.
Adapun pabrik petrokimia Lotte Chemicals memiliki nilai investasi mencapai US$ 3,9 miliar atau sekira Rp 59,8 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.342 per dolar AS. Pabrik ini nantinya bakal memproduksi 17 komoditas petrokimia, diantaranya ethylene, polypropylene dan bensin. Hasil produksi petrokimia dari pabrik tersebut mayoritas digunakan untuk kepentingan domestik, dengan porsi 70%.
Keberadaan pabrik ini nantinya diharapkan bisa menekan porsi impor petrokimia. Adapun pembangunan pabrik saat ini telah menyerap 13.000 tenaga kerja. Pabrik dengan luas area 100 hektare itu memiliki total kapasitas produksi naphta cracker sebanyak 2 juta ton per tahun.
Bahan baku tersebut selanjutnya diolah untuk menghasilkan 1 juta ton ethylene, yakni 520.000 ton propylene, 400.000 ton polypropylene, dan produk turunan lainnya. Industri petrokimia menghasilkan berbagai komoditas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri kemasan, tekstil, alat rumah tangga, hingga komponen otomotif dan produk elektronika.