Gapki Sebut Pemenuhan Target Ekspor Perkebunan Terhambat Pasokan

ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Buruh kerja memanen kelapa sawit di perkebunan kawasan Cimulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/9/2019). Gapki sebut kendala mengejar target ekspor sawit dari segi pasokan.
Editor: Ekarina
8/1/2020, 21.36 WIB

Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan target ekspor hasil perkebunan naik tiga kali lipat pada 2024. Namun, untuk mencapai target tersebut, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) menyatakan bakal terkendala masalah pasokan.

Ketua Umum Gapki Joko Supriyono menjelaskan, volume ekspor tak akan meningkat signifikan seperti tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, saat ini jumlah produksi dan ekspor sawit telah mencapai titik maksimal.

Di sisi lain, upaya peningkatan ekspor pada komoditas ini dinilai tak mudah, karena sebagian produksi terserap untuk program bauran minyak sawit dengan solar 30% atau B30. 

(Baca: Dorong Produksi, Kementan Bidik Ekspor Hasil Kebun Naik 3 Kali Lipat)

Sementara itu, peningkatan produksi sawit juga tak bisa sebesar sebelumnya karena ekspansi lahan lebih terbatas seiring dengan kebijakan moratorium. 

Joko mengatakan,  saat ini ekspor sawit Tanah Air mencapai 30 juta ton per tahun senilai sekitar US$ 20 miliar. Dengan adanya target pemerintah, ekspor sawit diperkirakan akan meningkat menjadi 90 juta ton di 2024. 

Tanpa adanya penambahan lahan,  hal itu akan mustahil tercapai."Barangnya ada apa tidak, tinggal kita hitung saja dan kita lihat sendiri," kata Joko ditemui di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (8/1).

Meskipun pemerintah berupaya meningkatkan produksi sawit dengan melakukan peremajaan (replanting), namun itu akan waktu dan proses yang lama. Dalam proses peremajaan itu, sedikitnya dibutuhkan waktu lima tahun untuk pohon kelapa sawit berproduksi secara optimal.

"Kalau misalnya yang 2,5 juta hektare (ha) itu bisa direplanting semuanya tentu waktunya tidak lima tahun," kata Joko.

(Baca: Ekspor Sawit hingga Oktober Naik Tipis, Konsumsi Domestik Melesat)

Sementara itu, Dirjen Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyono menjelaskan target tersebut akan dicapai dengan membenahi sektor hulu dan hilir produksi pertanian. Hal ini dilakukan dengan cara meningkatkan produksi perkebunan sebesar 7% per tahun.

"Ini adalah frame bagaimana caranya agar produksi naik 7% per tahun selama lima tahun bisa menjadi 35%," kata dia. 

Reporter: Tri Kurnia Yunianto