Kamar Dagang Indonesia (Kadin) menyoroti konsumsi daging sapi yang masih rendah di dalam negeri, khususnya di luar Jawa. Kadin menilai perlunya pengembangan industri peternakan, termasuk hilirisasi, guna mendorong konsumsi.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan Juan P. Adoe mengatakan, konsumsi daging sapi masih terpusat di beberapa kota seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, dan Padang.
“Sulawesi dan wilayah timur masih rendah," kata dia dalam Rapat Koordinasi Nasional Bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan dan Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan, Jakarta, Selasa (5/11). Ketimpangan konsumsi daging juga terjadi antara kota dan desa.
(Baca: Pangkas Peran Tengkulak, Bulog Jual Beras dan Bahan Pangan Via Online)
Secara keseluruhan, konsumsi daging sapi di Indonesia masih di bawah negara tetangga. Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 269 juta jiwa baru mengkonsumsi daging sapi sebesar 2,6 kilogram per kapita per tahun.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan Filipina yang mencapai 3,1 kilogram per kapita per tahun, Malaysia 4,8 kilogram per tahun, dan Vietnam 9,9 kg per kapita per tahun. Ia pun berharap adanya terobosan melalui industri 4.0 untuk mengubah perilaku konsumen.
Lebih jauh, ia menilai perlunya pengembangan dalam peta jalan sektor makanan dan industri pangan. Tujuannya, agar sektor tersebut dapat memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
(Baca: Bulog Batal Impor Daging Sapi Brasil Tahun Ini, Buwas: Mubazir!)
Sejauh ini, kata dia, industri pengolahan daging sebagian besar berada di Jawa. Sedangkan, industri hilir sapi belum berkembang. Ia pun menekankan perlunya investasi di subsektor pangan. Selain itu, akses permodalan yang lebih mudah untuk petani dan peternak.
"Dengan demikian dapat menciptakan nilai tambah keuntungan bagi petani dan peternak," ujarnya.