Presiden Joko Widodo terus berupaya mewujudkan komitmen pemerintah Indonesia untuk memeratakan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di seluruh Tanah Air. Dia pun memerintahkan jajarannya untuk meremajakan seluruh perkebunan sawit yang sudah tidak produktif, terutama yang dimiliki masyarakat.
Hal ini diungkapkan Jokowi saat meresmikan program PRS di Serdang Bedagai, Sumatera Utara, hari ini. Untuk wilayah Sumatera Utara, pemerintah akan meremajakan 9.109,29 hektare lahan sawit. Jumlah luasan ini menurut Jokowi masih kecil, lantaran ada 350 ribu lahan sawit yang perlu diremajakan. Jumlahnya mencapai 75 persen total lahan perkebunan sawit rakyat seluas 470 ribu hektare.
Program ini masih lambat, karena pemerintah harus mengeluarkan biaya yang besar dalam pelaksanaannya. Namun, dia telah memerintahkan untuk meremajakan seluruh perkebunan rakyat. "Saya perintahkan ke Pak Menko Perekonomian, Pak Darmin Nasution untuk diremajakan semuanya, yang milik rakyat harus diremajakan kalau tidak kita bisa disalip negara lain," ujarnya dalam keterangan resmi Sekretariat Presiden, Senin (27/11).
(Baca: Jokowi Minta Eropa Hentikan Diskriminasi Produk Kelapa Sawit)
Menurut Jokowi, dari total 4,6 juta hektare lahan sawit, ada sekitar 2,4 juta hektare yang produktivitasnya rendah. Ini dikarenakan umur tanaman yang sudah tua (lebih dari 25 tahun) atau menggunakan benih yang kualitasnya kurang baik. Hampir setengah dari total perkebunan sawit perlu diremajakan.
Terkait perintah Jokowi untuk meremajakan seluruh perkebunan sawit rakyat, Darmin menyampaikan menggunakan dana hibah dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa sawit. Bila kurang, maka tersedia fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus.
BPDP Kelapa Sawit akan memberikan hibah sebesar Rp 25 juta per ha yang disalurkan melalui perbankan yang ditunjuk. Adapun kekurangannya, akan dapat dipenuhi dengan pinjaman komersil dari bank, termasuk KUR. (Baca: Peremajaan 9 Ribu Hektare Kebun Sawit di Sumut, Pemerintah Siapkan KUR)
Presiden juga mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama dengan pemerintah mendukung berjalannya program PSR guna meningkatkan produktivitas kelapa sawit Tanah Air. "Kita harus kerja keras bagaimana merawat, memelihara, dan meremajakan karena banyak kelapa sawit kita yang sudah tua-tua, tua renta, bahkan ada yang pikun juga sehingga produktivitasnya menurun, bisa separuh, sepertiganya dari swasta," ujarnya.
Selama ini Indonesia memang dikenal sebagai negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Makanya komoditas ini mendapat julukan emas hijau. Meski menjadi produsen terbesar, Jokowi mengingatkan bahwa Indonesia masih lemah dalam hal pengolahan komoditas ini.