Pemerintah memastikan pasokan bahan pangan, terutama beras, tersedia saat Ramadan dan Idul Fitri 2020. Keyakinan ini ditopang oleh masuknya masa panen raya tiga bulan mendatang.
"Tentu harapannya stok beras menjelang Lebaran nanti mencukupi," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, usai rapat terbatas melalui video conference, Selasa (21/4).
Tak hanya beras, stok jagung juga diklaim tercukupi saat Ramadan dan Idul Fitri. Sementara, terkait bawang merah, Airlangga menyebut para petani akan segera melakukan panen raya di berbagai daerah, seperti Brebes, Jawa Timur dan Agam, Sumatera Barat.
Untuk memperkuat ketersediaan bahan pangan, pemerintah juga telah memberikan izin impor untuk bawang putih, cabai merah, cabai rawit, daging dan gula pasir. Sementara, untuk memenuhi kebutuhan gula pasir saat ini, pemerintah mengalihkan gula rafinasi dari berbagai pabrik menjadi gula konsumsi.
"Impor bawang putih akan masuk dalam jumlah yang cukup jelang Lebaran. Untuk gula pasir, impor akan masuk bulan depan," ujarnya.
Adapun, Airlangga menyebut harga-harga kebutuhan pokok saat ini tidak banyak mengalami perubahan. Harga beras medium masih seharga Rp 12.000 per Kilogram (Kg) dan beras premium Rp 12.750 per Kg.
Kemudian, harga gula pasir di pasar tradisional tercatat senilai Rp 18.400 per Kg dan Rp 12.500 per Kg di pasar modern.
Lebih lanjut, harga cabe merah tercatat Rp 31.200 per Kg, bawang merah Rp 43.750 per Kg, bawang putih Rp 41.500 per Kg dan daging ayam Rp 28.450 per Kg. Sementara, daging sapi mengalami penurunan harga menjadi Rp 117.800 per Kg.
(Baca: Ancaman Krisis Pangan, Jokowi Minta Ketersediaan Beras Dihitung Cermat)
Untuk harga minyak goreng curah, saat ini tercatat sebesar Rp 12.450 per liter. Sementara, harga minyak goreng kemasan tercatat sebesar Rp 14.700 per liter.
Airlangga mengatakan, harga minyak goreng baik curah dan kemasan mengalami penurunan, mengikuti penurunan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta ketersediaan bahan pokok, khusunya beras di dalam negeri dihitung secara cermat. Ia menginginkan data terkait jumlah produksi beras, cadangan stok nasional, hingga perkiraan produksi ke depan saat musim kemarau benar-benar empiris, valid, dan dapat diandalkan.
"Ini betul-betul harus dihitung. Jangan overestimate. Tolong dikalkulasi yang cermat," kata Jokowi.
Permintaan Presiden ini didasarkan atas peringatan Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO), bahwa pandemi virus corona (Covid-19) berpotensi menyebabkan krisis pangan dunia.
Menurutnya, setiap negara produsen beras saat ini memprioritaskan kebutuhan dalam negeri mereka sendiri. Tak hanya itu, kebijakan karantina wilayah atau lockdown beberapa negara juga mempengaruhi rantai pasok bahan pangan tersebut.
"Oleh sebab itu saya ingin menekankan, pastikan ketersediaan bahan pokok," ujarnya.
(Baca: Bingung Harga Beras Naik saat Gabah Turun, Jokowi: Ini Ada Masalah)