Dua Bandara Disiapkan jika Adisutjipto Terdampak Erupsi Merapi

ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Sejumlah petani melihat kepulan asap letusan freatik Gunung Merapi di Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (11/5). Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terjadi letusan freatik Gunung Merapi disertai suara gemuruh dengan tekanan sedang hingga kuat dan tinggi kolom 5.500 meter dari puncak kawah pada pukul 07.32 WIB.
11/5/2018, 20.48 WIB

Kementerian Perhubungan menyatakan telah menyiapkan dua bandara pengganti, apabila Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta ditutup kembali karena erupsi Gunung Merapi. Kedua bandara tersebut adalah Adi Soemarmo di Solo dan Bandara Ahmad Yani di Semarang.

Bandara Adi Sutjipto sempat ditutup sementara sejak pagi ini mulai 10.42 WIB. Setelah pukul 14.17 operasional bandaranya kembali dibuka dan beroperasi seperti biasa. Meski telah dibuka, Kemenhub tetap memberlakukan opsi buka tutup apabila situasi tidak memungkinkan.

"Opsi pengalihan itu yang akan kami lakukan apabila Bandara Adi Sutjipto ditutup kembali," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta, Jumat (11/5). (Baca: Jarak Aman Gunung Merapi Turun Jadi 2 Kilometer)

Budi mengatakan hingga saat ini pihaknya belum menghitung berapa kerugian yang dialami akibat penutupan Bandara Adi Sutjipto selama hampir enam jam hari ini. Sesuai ketentuan, apabila penerbangan pesawat sampai terganggu, bahkan terhenti karena bencana alam pemerintah akan berupaya meminimalisasi dampak kejadian dengan berbagai cara.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus Santoso mengatakan semburan debu vulkanik dari Gunung Merapi sempat mengganggu jalur penerbangan. Oleh sebab itu dirinya meminta Otoritas Bandara, AirNav, dan seluruh pemangku kebijakan lainnya berhati-hati.

"Jangan memaksakan beri izin penerbangan bila masih ada debu vulkanik," kata Agus dalam keterangan resmi Kemenhub hari ini. (Baca: Kementerian ESDM Gandeng Prancis Mitigasi Bencana Gunung Api)

Dia juga meminta pelayanan penumpang tetap diperhatikan agar tidak menimbulkan hal yang negatif. Apalagi penumpang memerlukan informasi terkait buka tutup bandara dan penundaan (delay) penerbangan. Kementerian Perhubungan dan maskapai penerbangan meminta maaf kepada penumpang dan tetap bersabar, karena penundaan penerbangan ini murni karena faktor bencana dan demi keselamatan penumpang.

"Bagi penumpang, kami juga mohon maaf dan tetap bersabar karena delay ini murni faktor bencana alam," kata dia.