Menteri Pariwisata Arief Yahya mengimbau maskapai penerbangan untuk segera melakukan penyesuaian tarif penerbangan domestik. Penurunan jumlah pengguna pesawat dalam negeri turun drastis pada bulan Januari 2019.
Arief menyatakan pemerintah telah mengupayakan agar tiket yang naik untuk turun, tetapi harganya masih mahal. "Saya imbau pemain maskapai penerbangan supaya membantu industri pariwisata untuk maju," katanya di Jakarta, Senin (4/3).
Dia menyebutkan, kenaikan tiket pada bulan Januari 2019 bisa mencapai perhitungan sekitar 40% sampai 50%. Sehingga, pemerintah meminta supaya maskapai penerbangan dan Pertamina untuk mencari solusi penurunan harga.
(Baca: Kenaikan Tarif Tiket dan Bagasi Pesawat Bisa Jadi Bumerang Maskapai)
Misalnya, menurunkan harga avtur oleh Pertamina serta efisiensi tiket penerbangan domestik oleh maskapai penerbangan. Tapi dalam hitungannya, dengan cara tersebut tiket pesawat hanya turun sekitar 20%. "Tidak sebanding dengan kenaikan yang telah terjadi," ujar Arief.
Oleh karena itu, dia meminta supaya maskapai penerbangan untuk tidak melakukan lonjakan harga tarif pesawat secara berbarengan dan juga dalam nilai yang besar. Dia menyarankan agar kenaikan harga tiket pesawat secara bertahap.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan penumpang angkutan udara domestik sebanyak 16,07%, turun dari 7,93 juta orang pada Desember 2018 menjadi 6,65 juta orang pada Januari 2019. Padahal, jumlah penumpang pesawat bulan November 2018 mencapai 7,56 juta orang, sehingga naik 4,87% pada Desember 2018.
(Baca: Garuda, Sriwijaya Air dan Citilink Kompak Turunkan Harga Tiket 20% )
(Baca: Pemerintah Imbau Tarif Tiket Pesawat Turun Pekan Ini)
Secara resmi mulai Sabtu (16/02) pukul 00.00, Pertamina menyatakan harga jual avtur berkurang Rp 250 per liter, dari Rp 8.210 menjadi Rp 7.960. Media Communication Manager Pertamina Arya Dwi Paramita mengatakan harga baru ini sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2019 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum Jenis Avtur yang Disalurkan Melalui Depot Pengisian Pesawat Udara.
Namun, menurut Arya, Pertamina sebenarnya mengevaluasi dan menyesuaikan harga avtur secara periodik, yaitu dua kali dalam sebulan. “Pertamina berharap penurunan ini merupakan bentuk dukungan terhadap industri penerbangan nasional, yang diharapkan juga berdampak pada industri lainnya termasuk pariwisata,” kata Arya melalui keterangan resminya.
Saat ini, harga jual avtur untuk setiap maskapai ditetapkan berdasarkan kesepakatan para pihak yakni antara Pertamina sebagai penyedia dan maskapai penerbangan sebagai konsumen. Sebagai contoh, harga avtur (published rate) untuk bandara Soekarno Hatta Cengkareng turun dari Rp 8.210 menjadi Rp 7.960 per liter. Harga ini lebih rendah 26 % dibandingkan harga di Bandara Changi Singapura sekitar Rp10.769 per liter per 15 Februari 2019.
Penyesuaian dilakukan dengan mempertimbangkan rata-rata harga minyak dunia, nilai tukar rupiah dan faktor lainnya. Arya menegaskan Pertamina terus berkomitmen untuk memberikan layanan yang terbaik bagi masyarakat dengan menyediakan bahan bakar pesawat udara di 67 bandara yang tersebar di Indonesia.