Startup jaringan hotel menjadi salah satu sektor yang transaksinya merosot karena pandemi corona. Namun, OYO, Bobobox, dan RedDoorz punya strategi untuk bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Bobobox menyiapkan lima strategi untuk menyambut normal baru (new normal). Pertama, menerapkan pembatasan fisik.
"Kami akan menciptakan pengalaman menginap tanpa kontak fisik, mulai dari proses check-in hingga check out," ujar CEO Bobobox Indra Gunawan kepada Katadata.co.id, Kamis (11/6).
Kedua, menerapkan standar kebersihan yang lebih ketat di area penginapan. Di antaranya pembersihan area publik hingga sleeping pod yang didesinfeksi secara menyeluruh.
(Baca: Raih Pendanaan Pra-Seri A, Bobobox Targetkan 1.000 Kamar Hotel Kapsul)
Ketiga, menyediakan keamanan tambahan di lingkungan penginapan. Keamanan yang dimaksud seperti pemeriksaan suhu tubuh, mewajibkan penggunaan masker, dan memastikan ketersediaan pembersih tangan di setiap sudut area umum.
Keempat, menyediakan opsi pemesanan kamar yang fleksibel. Terakhir, membatasi jumlah orang di area komunal, dengan mmengurangi jumlah kursi di setiap meja.
Hanya, ada sejumlah tantangan yang harus diatasi. Di antaranya pasar domestik yang tumbuh melambat akibat pandemi virus corona, serta memastikan keamanan dan kenyamanan setiap tamu.
Sedangkan Country Stock Head OYO Hotels and Homes Indonesia Carlo Ongko mengatakan, perusahaan bakal mengurangi kapasitas tamu di hotel mitra. Misalnya, satu kamar untuk satu orang.
“Sedangkan untuk kamar yang lebih besar, batas maksimalnya dua sampai empat orang," ujar Carlo saat konferensi pers secara virtual.
(Baca: Bisnis Anjlok Imbas Pandemi, OYO Ungkap Strategi Sambut Normal Baru)
Ia menegaskan, perusahaan bakal mematuhi imbauan pemerintah terkait pencegahan penularan virus corona. Selain itu, OYO meminta mitra untuk tidak membuka fasilitas publik seperti kolam renang, tempat bermain anak, dan lainnya.
Startup asal India itu juga akan menerapkan persyaratan bagi tamu hotel. Di antaranya mengisi formulir pernyataan diri (self declaration) terkait histori perjalanan, interaksi dengan korban positif Covid-19, dan lainnya. "Kami harap konsumen bisa jujur, karena itu akan menjaga keamanan staf mitra," ujar dia.
Sejauh ini, OYO belum mewajibkan para tamu untuk menunjukkan hasil swab test Covid-19. Apabila Dinas Pariwisata atau pemerintah mewajibkan hal itu, maka perusahaan bakal mengikutinya.
Saat ini, OYO mencatat tingkat okupansi mitra hotel anjlok 60% akibat pandemi. (Baca: Pemprov DKI Imbau OYO & RedDoorz Siapkan Ruang Isolasi Saat New Normal)
Sedangkan RedDoorz bekerja sama dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) meluncurkan program sertifikasi 'HygienePass' bagi para mitra. Ini untuk memberikan standardisasi higienis dan kebersihan hotel.
Pendiri sekaligus CEO RedDoorz Amit Saberwal mengatakan, 1.400 mitra di Indonesia menjalani audit komprehensif untuk mendapatkan program sertifikasi tersebut. "Sertifikasi juga akan terbuka untuk diadopsi oleh setiap bisnis hotel yang ingin memenuhi standar kebersihan dan sanitasi yang baru,” katanya, dikutip dari siaran pers.
Persyaratan untuk mendapatkan sertifikat yakni setiap hotel secara rutin menerapkan beberapa tindakan kebersihan dan higienis yang ketat setiap hari. Ini meliputi pemeriksaan suhu tubuh karyawan dan tamu, menerapkan metodologi pembersihan khusus, dan menyediakan produk anti-bakteri.
Selain itu, menyediakan peralatan untuk disinfeksi kamar dan area publik, serta meningkatkan praktik kebersihan umum. "Proses audit komprehensif akan dilakukan dan dinilai secara independen oleh IAKMI,” katanya.
(Baca: Sambut Normal Baru, OYO dan RedDoorz Siapkan Protokol Kesehatan Ketat)
Yang teranyar, RedDoorz meluncurkan program 'Hope Hotline'. Melalui program ini, perusahaan menyediakan layanan sesi penyuluhan kepada mitra secara online, dengan menggaet konselor dan psikolog.
"Kami berharap sesi penyuluhan dapat memberikan perasaan positif dan optimisme," ujar Amit. Khusus di Indonesia, RedDoorz bermitra dengan startup KALM.
Kendati begitu, startup sejenis yakni Airy Rooms memutuskan untuk menghentikan semua kegiatan operasionalnya di Indonesia pada 31 Mei lalu. Dikutip dari Tech In Asia, Airy telah mengirimkan surat elektronik kepada para mitra hotel, yang menyatakan Airy akan mengakhiri perjanjian kerja sama.
Dalam e-mail tersebut, Airy menjelaskan bahwa perusahaan telah berupaya mengatasi dampak pandemi Covid-19. Namun, penurunan transaksi yang signifikan dan pengurangan sumber daya manusia, maka Airy menghentikan operasional bisnis secara permanen.
“Karena alasan ini, setelah 31 Mei, kami tidak dapat menyediakan layanan lagi untuk semua mitra kami,” kata Airy melalui e-mail, dilansir dari Tech In Asia, Mei lalu (7/5). (Baca: Per 31 Mei 2020, Airy Rooms Berhenti Beroperasi)