Riset: Belanja Online Indonesia Tumbuh 3,7 Kali Lipat di 2025

Arief Kamaludin|Katadata
ilustrasi belanja online. Bisni belanja online di Indonesia diprediksi tumbuh 3,7 kali lipat menjadi US$ 48,3 miliar di 2025.
Editor: Ekarina
19/2/2020, 19.24 WIB

Bisnis belanja online diprediksi terus tumbuh subur di Indoneisa hingga beberapa tahun mendatang. Riset Bain & Company dan Facebook 2020 menyebutkan, sektor belanja online di Indonesia diprediksi tumbuh 3,7 kali lipat menjadi US$ 48,3 miliar di 2025 dibanding US$13,1 miliar pada 2017.

Perusahaan riset mengungkapkan terdapat sejumlah faktor yang mendorong pertumbuhan belanja online. Pertama, kemampuan daya beli masyarakat semakin meningkat, terutama di kelas menengah. Riset tersebut mencatat konsumen digital di Indonesia tumbuh dari 64 juta atau sekitar 34% dari total populasi 2017 menjadi 102 juta atau 53% terhadap total populasi 2018

Faktor kedua, penggunaan akses internet yang juga terus bertumbuh beberapa tahun terakhir. Saat ini, akses pengguna internet sudah sekitar 70% di Indonesia.

(Baca: Harbolnas 12.12, Lazada Klaim Berhasil Lampaui Penjualan Tahun Lalu)

"Kami percaya bahwa akses internet bakal terus bertambah karena ini sudah menjadi kebutuhan mendasar masyarakat," ujar Partner Bain & Company's Edy Widjaja dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (19/2).

Riset perusahaan mencatat, dari 2015 hingga 2017 jumlah pengguna akses internet rata-rata naik 19% per tahun. Adapun sekitar 279 juta orang yang mengakses internet tiap harinya.

Selanjutnya, faktor ketiga penetrasi belanja online tak hanya menyasar di kota-kota besar , tetapi juga di kota kecil. Penggunaan pembayaran digital, dinilai ikut mempermudah masyarakat dalam berbelanja online.

Riset itu memprediksi, penggunaan pembayaran digital bakal mencapai US$ 30 miliar pada 2020 di Asia Tenggara. Dalam 5 tahun terakhir konsumen digital di wilayah ini, terutama di Indonesia semakin marak membeli aneka barang mulai dari pakaian, handphone, aksesoris, tiket, musik, hingga gim digital.

Eddy mengatakan, riset itu juga memprediksi bakal ada tiga sektor industri yang bakal tumbuh dalam lima tahun ke depan seiring meningkatnya belanja online. Sektor tersebut di antaranya yakni consumer electronic, pakaian, alas kaki & aksesoris, perawatan tubuh, household appliances and furnings dan groceries. 

"Itu bakal luar biasa bertumbuh," ujar dia.

Pasalnya, pada 2018 ada kenaikan penetrasi online pada sektor tersebut, seperti consumer electronic (26%), clothing footware and accesories (15%), personal care (13%), household appliances and furnings (21%), dan groceries (0,40%). 

(Baca: Lawan Dampak Ekonomi Corona, Pemerintah Akan Gelar Hari Belanja Online)

Sebagai informasi, riset ini merupakan lanjutan dari penelitian pada 2018 tentang Emerging Middle Class. Riset yang berjudul ‘Riding the Digital Wave: Southeast Asia’s Discovery Generation’ ini bertujuan untuk melihat bagaimana perilaku dan preferensi kelas menengah membentuk tren belanja di e-commerce dan ranah online. 
 
Kepala Pemasaran untuk Facebook di Indonesia Hilda Kitti mengatakan, riset ini menunjukkan bagaimana dunia digital memiliki peran penting dalam pertumbuhan bisnis e-commerce di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
 
"Kami ingin mendukung bisnis kecil dan besar, dan industri yang lebih luas melalui investasi dalam hal inovasi produk, solusi, program, dan kemitraan untuk meningkatkan kemampuan digital dan mendorong dampak ekonomi di Indonesia,” ujar Hilda.

Riset ini dilakukan terhadap 12.965 responden di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, dan mewawancarai lebih dari 30 CEO dan pemodal di wilayah tersebut. Hal itu menunjukkan kelas menengah di Asia Tenggara akan mendominasi 70-80% dari pertumbuhan konsumen digital pada 2025. 

 
Reporter: Cindy Mutia Annur