Perusahaan logistik di Indonesia mencatatkan lonjakan permintaan jasa pengiriman barang di sektor e-commerce hingga 175% menjelang Lebaran tahun ini.
PT Pos Indonesia (Persero), PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), dan PT Global Jet Express (J&T), dan PT Paxel Algorita Unggul (Paxel) menyiapkan sejumlah strategi untuk mengantisipasi lonjakan pengiriman barang tersebut.
VP Pengembangan Produk, Kurir, dan Logistik Pos Indonesia Djoko Suhartanto mengatakan, pengiriman barang dari segmen e-commerce melalui layanannya melonjak 175% selama menjelang Lebaran dibandingkan hari biasanya.
"Barang-barang (pengiriman e-commerce) yang naik antara lain oleh-oleh, pakaian dan kebutuhan rumah tangga," ujar Djoko kepada Katadata.co.id, Rabu (20/5).
(Baca: Efek Corona, Tren Belanja Produk di E-commerce Berubah saat Ramadan)
Djoko mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan langkah antisipasi lonjakan pengiriman barang tersebut di antaranya dengan menyiapkan layanan pickup service, meningkatkan kapasitas operasi, memperpanjang jam layanan di loket, serta canvasing.
"Selain itu, pelanggan melalui aplikasi QPosinaja (baik melalu web maupun aplikasi di ponsel) bisa mendapatkan manfaat untuk melakukan online booking, mendapat resi otomatis, dan layanan pickup," ujarnya.
Senada, CEO J&T Express Robin Lo mengungkapkan pengiriman melalui layanannya hingga saat ini didominasi dari e-commerce. Menjelang Lebaran tahun ini, menurut dia, pengiriman mengalami kenaikan mencapai 2 kali lipat alias 100% dibanding pada waktu normal.
"Barang-barang yang banyak dikirim adalah produk fesyen, gadget, dan produk-produk kecantikan dan kesehatan," ujar Robin kepada Katadata.co.id.
(Baca: Baju Muslim dan Makanan Terlaris di E-commerce, Transaksi Naik 4 Kali)
Robin mengatakan, perusahaan juga telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengantisipasi lonjakan pengiriman barang tersebut. Di antaranya yakni perusahaan menggunakan mesin sortir otomatis yang mampu menyortir 30.000 paket per jam dengan 108 destinasi.
Dia melanjutkan, perusahaan juga tengah melakukan uji teknologi mesin sortir otomatis dua tingkat terbaru di mana akan mampu menyortir hingga 1,5 juta paket per hari. "Selain itu kami juga melakukan penambahan armada dan transporter untuk memaksimalkan pengiriman," ujar Robin.
Vice President of Marketing JNE Eri Palgunadi mengatakan, perusahaan mencatat bahwa pengiriman barang e-commerce di layanannya menjelang Lebaran meningkat rata-rata sekitar 20% dibanding hari-hari normal.
Menurut dia Hal itu dampak dari masyarakat yang banyak menghabiskan waktu di rumah dan tidak mudik demi mencegah penyebaran corona. "Jenis barang yang banyak dikirim didominasi oleh produk fesyen, elektronik, makanan," ujar Eri kepada Katadata.co.id.
(Baca: Bisnis E-Commerce dan Logistik Berpeluang Besar di Tengah Pandemi)
Namun, ia melanjutkan, di tengah pandemi ini dominasi jenis kiriman ditambah pula dengan berbagai barang kesehatan seperti alat pelindung diri (APD), sembako, dan beras di mana produk ini termasuk bagian dari bantuan sosial (Bansos) dari pemerintah.
Eri mengatakan, perusahaan melakukan sejumlah strategi untuk mengantisipasi lonjakan pengiriman barang tersebut. Di antaranya yakni memanfaatkan jalur yang terbuka dengan moda transportasi yang dapat digunakan dan pemaksimalan jalur darat dan perluasan cakupan armada truk JNE (JTR) di Sumatera, Jawa, dan Bali.
Berbeda dengan Pos Indonesia, J&T, dan JNE, Chief Operating Officer Paxel Zaldy Ilham Masita mengatakan bahwa pengiriman e-commerce justru turun jelang Lebaran tahun ini yakni mencapai 20 sampai 30%. "Khususnya untuk pengiriman barang seperti produk fesyen, elektronik, dan sebagainya," ujar Zaldy kepada Katadata.co.id.
Namun, Zaldy melanjutkan, kategori pengiriman makanan justru melonjak hingga 100%. "Mayoritas pengiriman melalui layanan kami berasal dari kategori makanan," ujar dia.
(Baca: Menkominfo: Startup E-commerce, Kesehatan, Fintech Moncer Saat Pandemi)
Ia menjelaskan, perusahaannya pun melakukan antisipasi lonjakan pengiriman barang menjelang Lebaran kali ini dengan menambah kurir Paxel untuk melakukan pengantaran barang, di mana banyak dari mereka berasal dari korban pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Selain itu, kapasitas jalur angkut (line haul) antar kota juga kami tambah hingga dua kali lipat," ujar Zaldy.