Kekayaan Bos Amazon Bertambah Rp 192 T dalam Sehari di Tengah Pandemi

Instagram/@jeffbezos
Pendiri Amazon Jeff Bezos diprediksi menyandang status triliuner pertama di dunia pada 2026.
Editor: Agustiyanti
22/7/2020, 12.34 WIB

Pandemi virus corona menciptakan krisis ekonomi global. Namun, CEO Amazon Jeff Bezos justru berhasil menambah kekayaan mencapai US$ 13 miliar atau Rp 192 triliun mengacu kurs Rp 14.773 per dolar AS. 

Tambahan kekayaan ini seiring lonjakan harga saham Amazon. Harga saham rasasa e-commerce asal AS itu melonjak hingga 7,9% pada Senin (20/7) sehingga turut mendongkrak kekayaan Bezos. 

"Itu adalah kenaikan satu hari paling signifikan pada kekayaan pribadi sejak indeks dimulai pada 2012," dikutip dari Bloomberg pada Selasa (21/7).

Menurut Bloomberg Billionaires Index, kekayaan Bezos sepanjang tahun ini bertambah US$ 74 miliar hingga menjadi US$ 189,3 miliar. 

Bezos pun diprediksi menyandang status triliuner pertama di dunia pada 2026. Kekayaannya diperkirakan tembus US$ 1 triliun atau sekitar Rp 14.900 triliun. 

 Proyeksi tersebut berdasarkan riset oleh perusahaan pembanding bisnis Comparisu yang mengacu pada rata-rata pertumbuhan kekayaan Jeff Bezos selama lima tahun terakhir. "Kekayaan bersih Jeff Bezos tumbuh rerata 34% selama lima tahun terakhir," demikian kata Comparisun, dikutip dari USAToday, pada Mei lalu (14/5). 

Selama pandemi, perusahaan Bezos memang menuai untung. Amazon mengalami lonjakan permintaan produk yang tinggi selama pandemi Covid-19 dan berdampak pada peningkatan penjualan. 

Dalam laporan perusahaan, transaksi tembus US$ 75,5 miliar pada kuartal pertama. Penjualan tersebut naik 26% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Namun, Bezos bukan satu-satunya miliarder yang mengalami pertumbuhan kekayaan selama pandemi. Dikutip dari Business Insider, analisis Americans for Tax Fairness dan the Institute for Policy Studies menyebutkan bahwa lebih dari 600 miliarder AS mengalami pertumbuhan kekayaan rata-rata US$ 42 miliar dalam setiap pekannya saat pandemi antara 18 Maret dan 16 Juli 2020.

 Padahal, pandemi Covid-19 memukul perekonomian dunia. Dana Moneter Internasional memperkirakan resesi saat ini lebih parah dari krisis-krisis sebelumnya. Tahun ini, ekonomi diprediksi merosot ke -3%. 

Resesi 2020 diprediksi akan lebih parah karena sebagian negara akan menghadapi krisis berlapis. Persoalan tersebut ditengarai karena menurunnya aktivitas ekonomi karena pemberlakukan pembatasan sosial dan karantina wilayah.

"Besar dan cepatnya keruntuhan aktivitas yang mengikuti belum pernah kita alami selama ini. Krisis ini berbeda, artinya adanya ketidakpastian dari dampak yang akan berimbas pada kehidupan dan mata pencaharian masyarakat," ujar ekonom IMF Gita Gopinath.

Penulis/Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan