IMF Pangkas Besar-besaran Ramalan Ekonomi RI Jadi Kontraksi 0,3%
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dari 0,5% menjadi kontraksi 0,3%. Namun, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI akan kembali melesat 6,1% pada tahun depan.
Tak hanya Indonesia, IMF merevisi ke bawah prediksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dari -3% menjadi -4,9%. Seperti Spanyol yang diprediksi menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi terendah, yakni -12,8%. Sementara Mesir ekonominya masih tumbuh sebesar 2%, tertinggi di antara negara lainnya.
"Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang lebih negatif terhadap aktivitas ekonomi pada paruh pertama 2020 daripada yang diperkirakan, dan pemulihan diproyeksikan lebih bertahap dari perkiraan sebelumnya," tulis IMF dalam Outlook Ekonomi Global yang dirilis Rabu (24/6).
Sementara kelompok negara maju ekonominya akan terkontraksi sebesar 8%. Ekonomi negara-negara Eropa diperkirakan mencapai minus 10,2% sedangkan Amerika Serikat (AS) minus 8%.
(Baca: IMF Pangkas Lagi Proyeksi, Resesi Ekonomi Global Bakal Lebih Dalam)
Ekonomi negara berkembang dan emerging market juga akan mengalami kontraksi meski masih lebih baik dibandingkan negara maju, yakni -3%. Di Asia, negara-negara berkembang diprediksi terkontraksi -0,8%. Ekonomi Tiongkok diperkirakan masih tumbuh 1%, sementara India -4,5% dan ASEAN 5 minus 2%.
Di Eropa, negara-negara emerging dan berkembang diperkirakan -5,8%. Rusia juga diproyeksikan mengalami kontraksi sangat dalam yakni sebesar 6,6%.
Sementara di wilayah Amerika Latin dan Karibia diramal akan mengalami kontraksi hingga 9,4%. Timur Tengah dan Asia Tengah -4,7% dan Sub-Sahara Afrika kontraksi 3,2%.
Berbeda dengan kondisi krisis sebelumnya, IMF menilai Covid-19 menyebabkan tingkat konsumsi dan output jasa menurun tajam. Hal ini karena pendapatan masyarakat yang berkurang. Terlebih lagi, kepercayaan masyarakat terhadap prospek ekonomi semakin menurun akibat masih adanya ketidakpastian.
(Baca: Corona Belum Usai, BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2020 Minus 2,2%)
Meski demikian lembaga internasional ini memproyeksikan perekonomian akan pulih pada 2021 tumbuh 5,4%, atau lebih rendah dari proyeksi mereka pada April 2020 sebesar 5,8%
Seiring pulihnya perekonomi global pada 2021, IMF memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi tertinggi kepada Tiongkok yang diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,2%. Sementara ekonomi negara-negara maju akan tumbuh 4,8%. Ekonomi AS diprediksi tumbuh 4,5%, sedangkan negara-negara Eropa tumbuh 6%.
Menurut IMF, pemulihan ekonomi di negara dengan tren penularan Covid-19 yang menurun akan melambat seiring pembatasan sosial diberlakukan. Dengan begitu, hal tersebut akan sangat berpengaruh pada paruh kedua tahun ini.
Namun, di negara yang masih berjuang melawan pandemi, IMF memperkirakan penguncian wilayah atau lockdown yang lebih lama akan menimbulkan beban tambahan bagi ekonomi. IMF pun memperingatkan semua negara, termasuk yang sudah melewati puncak infeksi, harus memastikan bahwa sistem kesehatannya memiliki sumber daya yang memadai.
(Baca: Dibuka Menguat, Rupiah Berpotensi Melemah Akibat Ramalan Buruk IMF)
(REVISI: Artikel ini mengalami perubahan pada hari Kamis, 25 Juni 2020, pukul 12.35 WIB. Judul sebelumnya mencantumkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 sebesar minus 3%.)