TikTok Shop dinilai menawarkan dua model berbelanja online di tengah persaingan dengan Shopee, Lazada hingga Tokopedia, menurut laporan Momentum Works. Salah satunya yakni live streaming atau siaran langsung.
Momentum Works menilai, pemahaman mengenai strategi yang diterapkan oleh TikTok Shop ketimbang pesaing seperti Shopee, Lazada, dan Tokopedia penting bagi pelaku usaha.
“Merek atau brand mapan, investor, logistik, dan pemangku kepentingan ekosistem lain perlu memutuskan berapa banyak sumber daya pemasaran, operasional, dan distribusi yang akan diinvestasikan di setiap platform,” kata Momentum Works dalam keterangan pers, Selasa (11/7).
“Merek baru perlu memutuskan apakah TikTok Shop menawarkan jalan pintas untuk tumbuh dan setiap orang perlu membangun kemampuan atau menemukan mitra yang dapat diandalkan jika TikTok Shop akan tetap ada,” tulis Momentum Works.
Momentum Works pun mengungkapkan ada dua model berbelanja online yang diterapkan oleh TikTok Shop, yakni:
1. Produk mencari orang, lewat fitur live streaming:
- Algoritme TikTok Shop mencocokan produk yang kemungkinan menarik bagi pengguna meskipun sedang tidak berencana membelinya. Hal ini bertujuan mendorong pembelian yang impulsif.
- Memusatkan trafik pada Stock Keeping Unit atau SKU yang terbatas
2. Orang mencari produk, lewat tab ‘Toko’:
- Fitur ini memungkinkan pengguna mencari produk yang ingin dibeli di TikTok Shop
- Meningkatkan tingkat kontak konsumen dengan produk yang didiskon di platform
Katadata.co.id mengonfirmasi laporan Momentum Works tersebut kepada TikTok. Namun belum ada tanggapan.
TikTok mengatakan sebelumnya bahwa perusahaanmengadopsi konsep Shoppertainment, yaitu perdagangan berbasis konten yang mengutamakan hiburan dan edukasi sekaligus mengintegrasikan konten dan komunitas.
Head of Global Business Solutions, Asia Pacific, Middle East, Africa & Central Asia TikTok Shant Oknayan mengatakan, potensi bisnis belanja shoppertainment termasuk live streaming di Indonesia US$ 27 miliar atau sekitar Rp 405 triliun pada 2025. Di Asia Pasifik, nilainya bisa mencapai US$ 1 triliun.
Data tersebut berdasarkan studi TikTok dan Boston Consulting Group (BCG) yang bertajuk ‘Shoppertainment: APAC's Trillion-Dollar Opportunity’ di seluruh pasar Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Thailand, Vietnam, Australia, Korea Selatan, dan Jepang.
Analisis BCG memprediksi pertumbuhan tahunan gabungan alias Compound Annual Growth Rate (CAGR) Shoppertainment 63%. Ada tiga pasar penyumbang teratas di Asia Pasifik, yaitu Indonesia, Jepang, dan Korea Selatan.
Shant menyebut TikTok sebagai rumah bagi Shoppertainment yang memberikan pengalaman berbelanja unik bagi konsumen dan brand.
Berdasarkan data internal Hypefast, alasan merek lokal memilih TikTok Shop yakni:
- Pemain brand lokal aktif yang lebih sedikit
- Biaya yang diambil atau merchant fee TikTok Shop lebih rendah
- Mengusung konsep live shopping
- Profil konsumen yang sangat responsif terhadap penjualan produk dengan diskon besar
“Perilaku konsumen ini menjadikan lebih banyak brand lokal mengfungsikan TikTok Shop sebagai kanal flashing out inventories,” demikian dikutip data Hypefast.
Sementara brand lokal memilih Shopee karena:
- Pelanggan aktif
- Kemudahan merchant tools
- Subsidi gratis ongkir atau ongkos kirim
“Namun selama setahun terakhir, ada fenomena baru yakni TikTok Shop yang tumbuh secara signifikan sebagai kanal penjualan online,” kata Hypefast.