Pasar social commerce yang digarap oleh TikTok Shop diperkirakan mencapai US$ 2,9 triliun atau sekitar Rp 44.000 triliun secara global pada 2026, menurut laporan Influencer Marketing Hub 2023.

Sementara transaksi e-commerce di Indonesia diprediksi mencapai US$ 77 miliar - US$ 130 miliar pada 2026.

Berdasarkan studi TikTok dan Boston Consulting Group (BCG) yang bertajuk ‘Shoppertainment: APAC's Trillion-Dollar Opportunity’, potensi bisnis belanja shoppertainment termasuk live streaming di Indonesia US$ 27 miliar atau sekitar Rp 405 triliun pada 2025.

Di Asia Pasifik, nilainya bisa mencapai US$ 1 triliun. Data ini berdasarkan di seluruh pasar Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Thailand, Vietnam, Australia, Korea Selatan, dan Jepang.

Peneliti Institute For Development of Economics and Finance atau INDEF Izzudin Al Farras menyebutkan, sekitar 30 juta penduduk di Indonesia bertransaksi secara online pada 2021.

“Sebanyak 60% bertransaksi di e-commerce, sedangkan 40% di social commerce,” kata Izzudin dalam acara Polemik bertajuk ‘Nasib UMKM di Tengah Gemerlap Social Commerce’, Sabtu (16/9). 

Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang UKM Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Hanung Harimba Rachman menuturkan transaksi e-commerce di Indonesia Rp 877 triliun saat ini.

“Namun 56% dikuasai oleh asing,” ujar Hanung.

Oleh karena itu, pemerintah ingin mengatur tentang bisnis e-commerce dan social commerce. “UMKM sebanyak 65 juta, namun hanya 5% yang survive di platform digital,” ujarnya.

 

 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila