Warga Indonesia Sering Belanja Online Lewat Video, Transaksi Rp 1.188 Triliun
Nilai transaksi bruto atau GMV e-commerce di Indonesia diperkirakan US$ 71 miliar atau Rp 1.188 triliun (kurs Rp 16.730 per US$) tahun ini. Di Asia Tenggara, warga di Tanah Air juga tercatat menjadi yang paling sering belanja online lewat konten video.
Merujuk pada laporan Google, Temasek, dan Bain & Company bertajuk eConomy SEA 2025, GMV e-commerce Indonesia diperkirakan tumbuh 14% secara tahunan alias year on year (yoy) dari US$ 62 miliar pada 2024 menjadi US$ 71 miliar tahun ini. Nilai transaksi e-commerce Indonesia diproyeksikan mencapai US$ 140 miliar pada 2030.
"Ini akselerasi signifikan dari tahun ke tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Ini didorong oleh pesatnya pertumbuhan video commerce," kata Country Director Google Indonesia Veronica Utami dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (13/11).
Google, Temasek, dan Bain & Company menyoroti tren berbelanja online lewat konten video. “Video commerce telah menjadi pendorong pertumbuhan yang sangat berdampak bagi ekonomi digital di Indonesia,” demikian dikutip dari laporan, Kamis (13/11).
Jumlah penjual yang menggunakan konten video melonjak hingga 75% yoy menjadi 800 ribu. Hal ini mendorong peningkatan penjualan 90% menjadi 2,6 miliar dalam setahun.
Produk yang paling banyak dibeli konsumen di Indonesia lewat konten video sebagai berikut:
- Fashion dan aksesori: 28%
- Perawatan diri dan kecantikan: 20%
- Ponsel dan barang elektronik: 15%
- Perlengkapan rumah dan perkakas: 9%
- Kesehatan dan perlengkapan bayi: 7%
- Makanan dan minuman: 6%
- Kebutuhan sehari-hari: 5%
- Lainnya: 10%
“Sebanyak 10 penjual teratas di setiap kategori menyumbang 20% dari total transaksi kategori terkait,” demikian dikutip.
Tren berbelanja online lewat konten video juga terjadi di negara lainnya di Asia Tenggara. Namun Indonesia menempati urutan pertama di kawasan dalam hak volume dan pertumbuhan transaksi lewat konten video.
"Video commerce menjadi mesin yang mengakselerasi seluruh sektor e-commerce. Indonesia menjadi pemimpin di regional untuk volume transaksi maupun pertumbuhan," kata Veronica.
Ia menjelaskan, transaksi belanja online lewat konten video didominasi pembelian bernilai kecil, namun sering. Kategori produk yang dibeli lewat konten video merupakan yang sangat mengandalkan visualisasi dan demonstrasi secara langsung.
Waktu pengguna platform e-commerce maupun media sosial yang menonton video untuk berbelanja online, naik lebih dari 400%. "Artinya apa? Ketika konsumen ingin mengambil keputusan belanja, lebih dari 40 juta log in user di indonesia aktif mencari di YouTube," ujar Veronica.
Di Asia Tenggara, nilai transaksi bruto e-commerce sebagai berikut:
- 2023: US$ 138 miliar
- 2024: US$ 156 miliar
- 2025: US$ 181 miliar (US$ 185 miliar jika menghitung Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, dan Myanmar)
Pendapatan e-commerce sebagai berikut:
- 2023: US$ 31 juta
- 2024: US$ 35 juta
- 2025: US$ 40 juta (US$ 41 juta jika menghitung Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, dan Myanmar)
Nilai transaksi di e-commerce melalui fitur video baik di platform marketplace maupun media sosial sebagai berikut:
- 2022: US$ 6 juta
- 2023: US$ 18 juta
- 2024: US$ 31 juta
- 2025: US$ 46 juta
Google, Temasek, dan Bain & Company mencatat volume pembelian barang dengan harga murah mendorong transaksi via fitur video naik 2,5 kali lipat.
Nilai pembelian rata-rata lewat fitur video di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, Thailand US$ 6 – US$ 7 atau Rp 100 ribu – Rp 117 ribu per pesanan.
Secara keseluruhan, nilai pesanan di e-commerce US$ 11 – US$ 13 atau Rp 184 ribu – Rp 217 ribu tahun ini. Angkanya menurun dibandingkan 2024 sekitar US$ 13 – US$ 15.
Jumlah penjual yang menggunakan konten video bertambah tiga juta atau 80% yoy. Volume transaksi naik 6,5 miliar atau 50% yoy.
“Belanja online lewat fitur video telah berevolusi dari saluran khusus menjadi kekuatan arus utama yang diproyeksikan menguasai 25% dari seluruh GMV e-commerce pada 2025 dibandingkan 2022 kurang dari 5%,” demikian dikutip.
Pertumbuhan eksplosif itu didorong oleh 'shoppertainment', perpaduan konten dan e-commerce yang sering kali dipimpin oleh kreator. Hal ini mengubah belanja online menjadi pengalaman sosial yang imersif dan menghibur.