Perusahaan teknologi finansial (Financial Technology /fintech) pembayaran PT Visionet Internasional (OVO) resmi mengakuisisi perusahaan sejenis di bidang pinjam-meminjam (lending) PT Indonusa Bara Sejahtera atau Taralite. Dengan akuisisi ini, OVO memperluas bisnisnya ke sektor fintech pinjaman.
Kr.asia.com melaporkan akuisisi tersebut disepakati pada Februari 2019. Pendiri Taralite Abraham Viktor menyampaikan keputusannya bergabung dengan OVO ini bertujuan untuk memperluas pasar. Selain itu, langkah ini merupakan upaya Taralite untuk mendiversifikasi produk pinjamannya. “Viktor akan tetap menjadi CEO Taralite,” demikian dikutip dari Kr.asia.com, kemarin (14/3).
(Baca: OVO Hadirkan Fitur Kredit di Tokopedia)
Lewat kerja sama ini, OVO bisa mengintegrasikan platformnya dengan Taralite. Pengguna OVO bisa mengajukan pinjaman ke Taralite lewat platfom bernuansa ungu tersebut. Bahkan, pengguna OVO bisa mencicil produk yang dibeli lewat e-commerce Tokopedia, karena kedua perusahaan sudah bekerja sama.
Taralite berdiri pada 2015, dengan nama awal Wedlite yang fokus menawarkan pinjaman untuk keperluan konsumsi seperti biaya pernikahan. Namun, kini Taralite menyediakan pinjaman yang lebih beragam, termasuk untuk kegiatan produktif.
Perusahaan ini terakhir kali memeroleh pendanaan dari modal ventura, SBI Holding Jepang senilai US$ 6,3 juta atau setara Rp 90 miliar pada 2017. Saat itu, Taralite sudah mulai melakukan pembicaraan terkait pendanaan dengan beberapa e-commerce. Namun, pada akhirnya Taralite mendapat pendanaan dari OVO.
(Baca: Dikabarkan Jadi Unicorn, OVO Fokus Tingkatkan Transaksi)
Aplikasi OVO telah tersedia di 115 juta perangkat di 303 kota di seluruh Indonesia. OVO juga hadir di 90 persen mall di Indonesia, termasuk hypermarket, department store, kedai kopi, bioskop, operator parkir, jaringan rumah sakit terkemuka, serta mendukung layanan transportasi bersama Grab. OVO pun sudah menggaet lebih dari 500 ribu mitra.
Direktur OVO Johnny Widodo sempat mengungkapkan perusahaannya telah menyandang status unicorn atau bervaluasi lebih dari US$ 1 miliar. Namun, Direktur OVO lainnya, Harianto Gunawan mengatakan perusahaannya masih fokus meningkatkan transaksi dulu ketimbang menjadi unicorn.