Tren Bersepeda jadi Ladang Bisnis Baru Startup Fintech Asuransi

ANTARA FOTO/ Reno Esnir/aww
Warga bersepeda melintasi kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (3/1/2021).
Penulis: Desy Setyowati
15/1/2021, 11.09 WIB

VP of Marketing Qoala Cliff Sutantijo memperkirakan, tren bersepeda berlanjut hingga tahun ini karena masih ada pandemi Covid-19. Atas dasar itu, kami berharap target premi Rp 6 miliar atau lebih bisa tercapai pada 2021,” ujar dia kepada Katadata.co.id, tahun lalu (21/10/2020).

Tahun lalu, Asuransi Sinar Mas meluncurkan produk serupa. Berdasarkan laman resmi sinarmas.co.id, perlindungan berupa penggantian terhadap kerugian akibat benturan. Selain itu, jika terjadi kehilangan karena pencurian dan tidak ditemukan dalam sebulan sejak kejadian.

Sepeda yang diasuransikan yakni sesuai standar pabrikan, dan bukan. “Jika sepeda dimodifikasi dengan perlengkapan tambahan, aksesori atau dirakit, maka komponen ini harus diinformasikan secara tertulis, dilengkapi dengan kuitansi pembelian dari toko atau dealer,” demikian dikutip dari laman resmi.

Permintaan sepeda memang meningkat saat pandemi virus corona. Data Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia, order rerata mencapai 700 ribu sebulan per Oktober 2020.

Pada 2014 hingga 2019, permintaan berkisar 5,5 juta hingga tujuh juta unit per tahun. Di masa pandemi ini, order sepeda diprediksi melonjak hingga delapan juta unit.

Pada November 2020 lalu, CEO PT Roda Maju Bahagia (RMB) Hendra memperkirakan, secara keseluruhan pertumbuhan industri sepeda cukup baik pada 2021. "Hanya tak setinggi 2020," ujarnya dalam webinar Indonesia Industry Outlook 2021: The Bicycle Boom: Big Opportunity, Big Profit, November lalu (7/11/2020).

Dari sisi regulasi, industri dalam negeri menurutnya didukung oleh aturan pembatasan impor sepeda melalui Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 68 Tahun 2020. Selain itu, mulai banyak jalur khusus pesepeda seperti di Jakarta dan Semarang. Bahkan, sepeda lipat diperbolehkan masuk ke dalam kereta dan moda raya terpadu (MRT).

Halaman: