Pengembang Terra Luna, Terraform Labs, telah meluncurkan uang kripto (cryptocurrency) versi baru yaitu Terra 2.0 setelah sebelumnya mengalami kinerja buruk sehingga merugikan investor. Akan tetapi, harga Terra 2.0 tersebut kembali anjlok.

Terraform Labs sudah mendaftarkan Terra 2.0 ke bursa kripto termasuk Bybit, Kucoin dan Huobi. Sementara Binance akan memasukan Terra 2.0 pada hari ini, Selasa (31/5).

Namun demikian, harga Terra 2.0 langsung anjlok lagi beberapa jam setelah diluncurkan di bursa. Berdasarkan data dari CoinMarketCap, harga Terra 2.0 sempat mencapai puncak US$ 19,53 pada pekan lalu (28/5). Namun, harganya anjlok lebih dari 70% menjadi US$ 4,39 hanya beberapa jam kemudian. 

Sejak itu, harga Terra 2.0 bertahan lama di kisaran US$ 5,9. Kini harganya berada di kisaran US$ 9,2.

Analis pun ragu dengan peluang keberhasilan Terra Luna versi baru. Head of international di Luno Vijay Ayyar mengatakan, Terra 2.0 harus bersaing dengan sejumlah jaringan lain atau infrastruktur yang menopang cryptocurrency seperti ethereum hingga solana.

 "Kini, telah terjadi kehilangan kepercayaan besar-besaran dalam proyek Terra Luna," ujarnya dikutip dari CNBC Internasional pada Senin (30/5).

Sebelumnya, Terraform Labs mengembangkan versi baru Terra Luna untuk membangkitkan kembali kepercayaan investor. Sebab, versi lama kripto tersebut berkinerja buruk.

Pendiri Terraform Labs Do Kwon mengatakan, berdasarkan jajak pendapat melalui proposal tata kelola, Terra Luna masih mendapatkan dukungan dari komunitas. Alhasil, pengembang membuat versi baru dari kripto tersebut.

Di versi baru, pengembang memisahkan rantai atau hard fork. Selain itu, protokol tertentu berjalan dengan aturan yang berbeda dari versi lama.

Rantai baru di Terra 2.0 akan sepenuhnya memotong produk stablecoin Terra Luna atau Terra UST yang berkinerja buruk. Sebagai gantinya, pengembang akan fokus pada aplikasi keuangan terdesentralisasi (DeFi) di Terra versi baru.

 Diketahui, harga Terra Luna versi lama sempat anjlok hampir 97% dalam sehari. Hal ini membuat manajemen memutuskan untuk menghentikan perdagangan Terra Luna.

"Blockchain Terra telah resmi dihentikan di blok 7607789. Terra Validator telah menghentikan jaringan untuk membuat rencana untuk menyusunnya kembali," ungkap pengumuman manajemen Terra Luna, melalui akun Twitternya, dikutip pada dua pekan lalu (15/5).

 Aset kripto Terra jatuh di bawah US$ 1 karena kekhawatiran atas kenaikan suku bunga Federal Reserve. Selain itu, penghapusan stimulus era pandemi memukul pasar crypto yang lebih luas dan mendorong Terra Luna anjlok. Padahal, harganya sempat mencapai US$ 1,2 juta pada awal Mei (2/5).

Lima investor kripto yang berbasis di Korea bahkan telah merugi 1,4 miliar won (sekitar Rp 16 miliar). Kantor Kejaksaan Distrik Selatan Seoul pun melakukan penyelidikan terhadap Terraform Labs. Kasus ini akan ditangani oleh Tim Investigasi Gabungan Kejahatan Keuangan dan Sekuritas.

 “Itu merupakan unit kejahatan keuangan khusus yang dibawa kembali baru-baru ini oleh enteri kehakiman yang baru diangkat Dong-hoon Han,” demikian isi laporan media lokal, dikutip dari TechCrunch, pekan lalu (22/5).

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan