Peminjam usia 19 – 34 tahun atau kalangan mahasiswa hingga pekerja rerata meminjam di pinjaman online atau pinjol Rp 2,5 juta, menurut data Otoritas Jasa Keuangan alias OJK per Juni.
Rincian rerata pinjaman di pinjaman online atau pinjol per Juni sebagai berikut:
- Laki-laki Rp 2.369.168
- Perempuan Rp 2.796.552
- 19 - 34 tahun Rp 2.461.843
- 35 - 54 tahun Rp 2.771.028
- >54 tahun Rp 2.906.899
Peneliti Institute for Development of Economic Studies atau INDEF Nailul Huda mengatakan, pendapatan rata-rata pemuda di Indonesia atau berusia 18 - 34 tahun hanya Rp 2 juta per bulan.
“Artinya, pendapatan rata-rata pemuda Indonesia bisa jadi lebih rendah dibandingkan utang di pinjaman online atau pinjol,” ujar Nailul dalam diskusi publik yang bertajuk Bahaya Pinjaman Online Ilegal Bagi Penduduk Usia Muda, Senin (11/9).
Sementara itu, pertumbuhan paylater di Indonesia 68,4% tahun lalu. Rata-rata kenaikan per tahun atau CAGR bisnis paylater 32,5% selama 2022 – 2028.
Nailul mengatakan, belanja online yang meningkat menjadi penyebab naiknya utang ke pinjol dan paylater.
“Masyarakat Indonesia selama pandemi corona berbelanja melalui e-commerce naik dua kali lipat dibandingkan sebelumnya, kondisi tersebut diperkirakan masih berlanjut,” katanya.
Penyaluran pinjaman online atau pinjol secara bulanan meningkat relatif tajam pada 2022. Paling tinggi pada Maret Rp 23 triliun untuk pinjaman bulanan.
Pemberian pinjaman ke sektor konsumtif termasuk paylater pun mencapai 64% per Juni.
Menurut Nailul, kemungkinan besar hal itu karena masyarakat yang tidak dapat menggunakan kartu kredit, memanfaatkan layanan pinjaman online alias pinjol.
Pertumbuhan penggunaan uang elektronik berbasis server meningkat tajam dalam 9 tahun terakhir. Sementara kartu kredit hanya naik 0,8%.
“Peminjam usia muda saat ini sangat potensial,” kata Nailul. Oleh karena itu, segmen ini menjadi incaran startup pinjaman online atau pinjol baik yang legal maupun ilegal.
Sementara target pangsa pasar dari fintech dan bank digital yakni masyarakat yang tergolong underbank dan nonbank. “Di Indonesia, kedua golongan ini mencapai lebih dari 75%,” ujarnya.
Namun, hal itu tidak dibarengi dengan financial knowledge score dan juga literasi keuangan digital yang masih di angka 49%. Alhasil, kredit macet peminjam usia muda meningkat sejak tahun lalu.