Startup fintech P2P lending asal Indonesia, Amartha, berencana berekspansi ke pasar Asia Tenggara. Perusahaan ini juga berencana untuk melantai di bursa.
Perusahaan mengincar negara di Asia Tenggara yang pengusaha mikronya memiliki kendala seperti akses kredit yang terbatas dan rendahnya literasi digital keuangan.
“Amartha memiliki komitmen terhadap pertumbuhan yang inklusif khususnya untuk segmen akar rumput (UMKM) di Indonesia melalui akses permodalan yang mudah,” kata perwakilan Amartha kepada Katadata.co.id, Rabu (8/5).
Ia menjelaskan, Amartha memiliki pengalaman selama 14 tahun menyediakan akses keuangan inklusif untuk segmen UMKM di Indonesia.
Startup ini mengatakan kinerja perusahaan sehat dan kuat selama tiga tahun terakhir. “Fokus utama Amartha yakni menjaga bisnis yang berkelanjutan dan memperkuat infrastruktur keuangan digital untuk segmen UMKM,” kata perusahaan.
Dalam konferensi Money 20/20, pendiri sekaligus CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra mengatakan bahwa Amartha dapat memanfaatkan pengalamannya dalam menjamin pinjaman untuk segmen UMKM di Indonesia dalam skala besar. Namun, ia tidak merinci target pasar Amartha di Asia Tenggara.
Selain itu, Taufan mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan bagi Amartha untuk melakukan IPO di masa depan. “Itu adalah tonggak sejarah yang ingin kami capai,” ujar dia, dikutip dari Tech in Asia, Selasa (7/5).
Amartha mengoperasikan marketplace yang menghubungkan peminjam di kota-kota kecil di luar Jawa, dengan pemberi pinjaman institusional dan individu.
Taufan menjelaskan perusahaan biasanya menerima 60% dari tingkat bunga, sementara pemberi pinjaman mendapatkan 40%.
Pada 2023, Amartha mendapatkan komitmen pembiayaan UMKM sebesar US$ 285 juta dari Community Investment Management, International Finance Corporation, dan Credit Saison.
Amartha didirikan pada tahun 2010. Perusahaan ini hampir bangkrut sebelum beralih dari pembiayaan mikro konvensional ke pinjaman peer-to-peer pada tahun 2015.