Helat IFSE 2024, OJK dan AFTECH Ingin Perkuat Industri Fintech

ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/Spt.
Nasabah mengakses layanan aplikasi penunda pembayaran (paylater) di Kota Serang, Banten, Kamis (12/9/2024). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kredit pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) atau pay later pada perbankan periode Juli 2024 tumbuh sebesar 36,66 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 18,01 triliun dengan jumlah rekening mencapai 17,90 juta.
6/11/2024, 17.11 WIB

Kepala Departemen Pengaturan dan Perizinan Inovasi Teknologi Sektor Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Djoko Kurnijanto mengatakan, pelaku financial technology (fintech) saat ini harus dapat mengembangkan potensi industri itu dengan inovasi teknologi.

Hal ini terungkap dalam pre-event media gathering 6th Indonesia Fintech Summit and Expo yang akan berlangsung pada 12 – 13 November 2024 berlokasi di The Kasablanka Hall Jakarta. Perhelatan ini akan mengusung tema Technology Convergence: Shaping the Future of Finance and Beyond.

Menurut dia, ada empat tantangan utama terkait inovasi teknologi sektor keuangan (ITSK). Pertama, pertumbuhan ITSK di Indonesia yang bergantung pada investasi. Kedua, perlunya regulasi yang memadai.

“Ketiga, ketersediaan sumber daya yang kompeten, dan terakhir adalah terkait integrasi dan kolaborasi,” jelas Djoko, berdasarkan keterangan tertulis, (4/11).

Djoko juga menambahkan IFSE dan BFN 2024 diharapkan dapat menjadi wadah yang efektif untuk bersinergi dan berkolaborasi dalam menciptakan ekosistem keuangan digital yang aman serta berdaya saing. Para pelaku yang bisa membangun ekosistem itu antara lain regulator, asosiasi industri, dan pemain industri.

“Kami berharap bahwa IFSE dan BFN 2024 dapat menjadi wadah yang efektif untuk industri dapat terus melakukan inovasi, bukan hanya dalam pengembangan produk, melainkan juga kolaborasi dengan berbagai sektor bisnis," tambah dia.

Penyelenggaraan itu berkaitan dengan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 yang dirilis OJK. Saat ini angka indeks literasi keuangan Indonesia berada di angka 65,4 persen, sedangkan, Indeks Inklusi Keuangan berada di angka 75,0 persen.

Indeks inklusi keuangan yang lebih besar dibandingkan dengan indeks literasi keuangan menunjukkan masih terdapat ketimpangan edukasi dan literasi dari pengguna jasa keuangan sehingga menjadi tantangan bersama bagi pelaku industri keuangan terutama terkait perlindungan konsumen.

Adapun, Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Budi Gandasoebrata mengatakan, perhelatan ini merupakan sarana berdialog antara regulator dan industri. Pemangku kepentingan dari OJK, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Kementerian Komunikasi dan Digital, serta stakeholders lainnya dijadwalkan akan turut serta sebagai pembicara.

“Terima kasih kepada mitra kami yang sigap dan saling bahu-membahu untuk kesuksesan The 6th IFSE dan BFN 2024 termasuk kepada rekan rekan media yang selalu mendukung dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat terkait ragam produk dan layanan fintech di Indonesia,” ungkap dia.

Hal tersebut juga melihat perkembangan industri fintech di Indonesia yang didukung oleh tingginya pengguna internet sejumlah 221 juta orang dengan penetrasi penggunaan ponsel pintar sebesar 233 juta pengguna.

Selain itu, demografi Milenial dan Generasi Z menjadi populasi mayoritas signifikan yang mencakup sekitar 53,8 persen dari total penduduk Indonesia.

Hal ini selaras dengan Laporan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Annual Member Survey (AMS) 2024 yang menunjukan bahwa pengguna fintech mayoritas adalah generasi Millenials dan Generasi Z mencapai 68,7%.

Terlebih, berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain, Gross Merchandise Value (GMV) internet Indonesia meningkat hingga US$82 miliar.

Selanjutnya, Ketua Umum AFSI Ronald Yusuf Wijaya menyambut antusias penyelenggaraan The 6th IFSE dan BFN 2024. Menurutnya, penyelenggaraan ini bisa menjadi kesempatan strategis untuk mendorong literasi dan inklusi keuangan digital syariah di Indonesia.

Dia juga menambahkan, Indonesia kini menempati peringkat ketiga dalam Global Islamic Fintech Report 2023/24 sebagai negara yang paling mendukung pertumbuhan fintech syariah, serta didukung oleh jumlah penduduk muslim yang besar. Pencapaian itu bisa mendorong Indonesia berpotensi kuat menjadi pusat ekonomi syariah berbasis fintech.

“Hal ini dapat memperluas akses keuangan bagi masyarakat. AFSI siap memanfaatkan momentum ini dengan menghadirkan 32 program unggulan selama BFN, yang mencakup penguatan ekosistem keuangan digital syariah, literasi, dan peningkatan talenta digital muda, yang menargetkan segmen generasi muda, profesional, UKM, perempuan, dan penyandang disabilitas,” sebutnya.

The 6th IFSE 2024 juga melibatkan kolaborasi dengan AFPI sebagai mitra penyelenggara, Sekretaris Jenderal AFPI, Tiar Karbala melengkap partisipasi pihaknya adalah memberikan wawasan baru bagi masyarakat dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Salah satunya tentang dampak positif penggunaan fintech lending dalam memberikan akses pembiayaan pada pengembangan usaha.

“Penyelenggaraan The 6th IFSE dan BFN 2024 membawa misi penting yang dapat memberikan dampak penting bagi industri fintech pendanaan dalam memperkenalkan fintech lending sebagai solusi inklusif yang mampu menjawab kebutuhan pendanaan UMKM,” ujarnya.

The 6th IFSE dan BFN 2024 juga turut mengajak masyarakat untuk memeriahkan kampanye digital #GueAFIN & #SiPalingFintech yang diharapkan dapat meningkatkan antusias publik untuk menjadi individu yang paling mengerti fintech.

Diharapkan upaya ini dapat memberikan pengaruh yang positif kepada lingkungan sekitarnya untuk mengenal, memanfaatkan dan menggunakan ragam produk dan layanan fintech dalam mendukung aktivitas sehari-hari dan mendorong digitalisasi UMKM di Indonesia.

Ikuti BFN dan The 6th IFSE 2024 dengan melakukan pendaftaran melalui www.bulanfintechnasional.com dan jadi #SipalingFintech.