Peneliti AS Kembangkan Aplikasi Pendeteksi Corona Lewat Analisis Suara

ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/wsj.
Ilustrasi, pengendara motor melintas di depan mural tentang pandemi virus corona atau Covid-19 yang ada di Selapajang, Tangerang, Banten, Selasa (31/3/2020).
2/4/2020, 19.03 WIB

Tim peneliti di Carnegie Mellon University, Amerika Serikat (AS) kembangkan aplikasi untuk mendeteksi pasien terinfeksi virus corona melalui analisis suara. Namun, hasil dari analisis ini masih bersifat percobaan awal dan belum diuji.

Seorang profesor di Carnegie Mellon University Bhiksha Raj mengklaim, aplikasi itu bisa menentukan apakah pengguna terinfeksi covid-19 atau tidak, hanya dengan menganalisis suara. "Apa yang kami coba lakukan yaitu mengembangun solusi berbasis suara," ujar dia dikutip dari Express.co.uk, kemarin (1/4). 

Nantinya, pengguna cukup mengunduh aplikasi itu mengetes covid-19. Pengguna akan diminta batuk beberapa kali dan merekamnya menggunakan aplikasi ini.

Selain itu, pengguna akan diminta membaca alfabet. (Baca: Peneliti Tiongkok: Virus Corona Bermutasi, Bisa Bertahan 49 Hari)

Lalu, aplikasi akan memberikan skor dari tes suara tersebut. Aplikasi mengandalkan analisis dengan algoritma untuk memastikan apakah pengguna memiliki covid-19 atau tidak.

Seorang profesor ilmu komputer di Carnegie Mellon University sekaligus anggota tim peneliti Rita Singh mengaku dirinya menciptakan algoritma yang bisa mengidentifikasi tanda mikro melalui suara selama beberapa tahun. Ia optimistis, analisis algoritma ini bisa mengungkapkan data psikologis, fisiologis, dan bahkan medis subjek individu. 

"Batuk pasien covid-19 sangat khas. Ini sangat memengaruhi paru-paru sehingga pola pernapasan dan beberapa parameter penting lainnya terpengaruh," kata Rita.

(Baca: Pemerintah Lacak Pasien Corona Lewat Aplikasi Ukur Suhu Tubuh)

Dalam percobaannya, tim telah mengumpulkan audio dari pasien covid-19 dan yang terinfeksi virus lain. Hal ini bertujuan untuk melatih algoritma dalam mengenali perbedaan suara pasien. 

Namun, tim mengaku sulit untuk mengukur keakuratan hasil dari aplikasi tersebut. Hasilnya pun tidak boleh diperlakukan sebagai saran medis.

"Akurasinya tidak dapat diuji saat ini karena kami tidak memiliki contoh pengujian terverifikasi yang kami butuhkan," kata Rita.

Meski begitu, menurut tim peneliti, aplikasi itu tetap berfungsi untuk memonitor potensi orang terinfeksi covid-19 dalam skala besar. Aplikasi bisa membantu untuk menangani dan melacak wabah kesehatan.

(Baca: Kominfo Pakai Data Pergerakan Ponsel untuk Deteksi Kerumunan Warga)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan