Video prank berbahaya Skull-Breaker Challenge beredar di beragam media sosial, termasuk TikTok. Namun, Twitter mengaku tak bisa otomatis menghapus video tersebut di platform-nya.

Juru bicara Twitter mengatakan, perusahaan akan meninjau kontan tersebut terlebih dulu sebelum menghapusnya. "Kalau itu belum melanggar peraturan, kami tidak bisa ambil tindakan," kata dia di Jakarta, Rabu (19/2).

Skull-Breaker Challenge dianggap berbahaya karena dapat membuat kreatornya cedera. Tantangan ini melibatkan tiga orang yang berdiri sejajar, menyamping. Dua orang di bagian pinggir melompat terlebih dulu. Setelah keduanya mendarat, pemain tengah melompat dan akan dijegal oleh dua orang lainnya.

Ia mengakui bahwa video prank Skull-Breaker Challenge bisa membahayakan kreatornya. “Bahkan ada korban juga. Tetapi apakah itu melanggar peraturan, akan ada tim yang melihat," kata dia.

(Baca: Dinilai Berbahaya, TikTok Larang Video Prank Skull-Breaker Challenge)

Twitter memiliki tim khusus untuk mengkaji konten yang dianggap melanggar panduan dan kebijakan umum. Aturan itu menjelaskan berbagai konten yang melanggar.

Apabila konten terbukti melanggar, maka akun yang mengunggah akan diblokir secara permanen. “Keputusannya di Tim Twitter Service. Mereka menangani jenis konten pelanggaran termasuk di Indonesia," kata dia.

Konten video gurauan Skull-Breaker Challenge marak di platform TikTok. Namun, pengguna juga mengunggahnya di media sosial lain seperti Instagram dan Twitter. Apalagi, pertumbuhan konten video di Twitter meningkat 148% saat Ramadan 2019.

(Baca: Marak Video Prank YouTuber, Ini Kata Asosiasi Ojek Online & Ahli Hukum)

Pengembang TikTok, Bytedance Technology Co dan YouTube secara tegas melarang kreator membuat konten berbahaya itu. Video yang terlanjut tayang langsung dihapus oleh TikTok.

Juru bicara TikTok mengatakan bahwa larangan membuat konten berbahaya tertuang dalam pedoman komunitas. “Kami tidak mengizinkan konten yang mendorong, mempromosikan, atau mengagungkan tantangan berbahaya yang dapat menyebabkan cedera,” katanya kepada Katadata.co.id, Senin (17/2) lalu.

Dikutip dari International Business Times, para ahli mengatakan bahwa Skull-Breaker Challenge dapat mematahkan setiap sendi pemainnya hingga merobek ligamen. Bahkan, tantangan ini dapat mengakibatkan kelumpuhan hingga kematian.

Beberapa pengguna TikTok menjadi korban Skull-Breaker Challenge. Siswa di Venezuela, dua remaja di Kanada, dan satu di Miami luka-luka akibat tantangan tersebut.

(Baca: Google Pastikan Konten di YouTube Masih Sesuai Standar Komunitas)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan