Generator startup asal Singapura Antler bakal merambah pasar Indonesia pada paruh pertama 2020 karena melihat potensi startup di Tanah Air. Rencana ekspansi ini disertai dengan misi perusahaan untuk mencetak setidaknya 20 startup Indonesia setiap tahunnya.
Salah satu pendiri dan Managing Partner Antler Jussi Salovaara mengatakan, perusahaan melihat banyak orang Indonesia yang tertarik menjadi pengusaha. Sehingga, perusahaan ingin memberikan sistem pendukung untuk menciptakan ekosistem startup di Indonesia dan sekitarnya.
Indonesia, menurutnya, merupakan salah satu pasar terbesar dan paling cepat berkembang di dunia. Pasalnya, berdasarkan laporan dari Google Temasek, ekonomi digital di Indonesia diprediksi akan berkembang hingga US$ 100 miliar pada 2025. Melihat potensi itu, perusahaan bertekad untuk meluncurkan program lokalnya di Jakarta tahun depan.
"Kami melihat bahwa pasar domestik di Indonesia sangat besar dan terdapat banyak peluang di dalamnya, namun masih banyak kekurangan pada wadah dan ekosistem bagi individu yang ingin membangun perusahaannya dari awal. Jadi kami ingin menjembatani kesenjangan itu," kata Jussi melalui siaran pers, Selasa (10/9).
(Baca: Perkuat Ekosistem, Gojek Gandeng Digitaraya Gelar Sayembara Startup)
Satu dari anggota Antler Asia Tenggara merupakan Chief Investment Officer yang sudah lama bergelut di ekosistem startup di Indonesia, yakni Stefan Jung. Sebelumnya, Stefan merupakan Managing Partner dari Venturra Capital, perusahaan modal ventura (venture capital) yang berbasis di Indonesia. Dia telah memimpin investasi sebagai salah satu investor awal di Grab, Traveloka, Zilingo dan Carro. Stefan juga merupakan salah satu pendiri Zalora, Lazada dan Happy Fresh.
Adapun Antler telah membangun jaringan penasihat bisnis dan mentor yang luas di seluruh wilayah. Di Indonesia, perusahaan akan melibatkan CEO GDP Ventures Martin Hartono, Presiden Direktur PT Blue Bird Tbk Noni Purnomo, dan mantan Co-CEO Lazada Indonesia Florian Holm.
Sejak memulai program pertamanya di Singapura, Antler telah memiliki partisipan dari Indonesia seperti Sampingan, yakni perusahaan penyedia pekerjaan yang telah membantu lebih dari 150 ribu orang di Indonesia. Startup itu telah menerima pendanaan awal dari Golden Gate Ventures dan telah meningkatkan bisnis dan timnya dengan sangat cepat.
(Baca: Startup TaniHub Target Gaet 1 Juta Petani Tahun Depan)
“Antler telah membantu kami sejak hari pertama. Mereka telah memberikan panduan di bidang-bidang di mana kami tidak memiliki pengalaman sama sekali dan memberi kami akses ke jaringan luasnya yang berisi para mentor dan investor yang luar biasa. Kami tidak akan sampai pada titik ini tanpa dukungan mereka,” ujar CEO Sampingan Wisnu Nugrahadi.
Tercatat, saat ini sudah ada empat startup Indonesia yang dihasilkan melalui program Antler di Singapura. Di antaranya adalah Sampingan, Base, Robin, dan Bubays.
Ada pun, kini Antler memiliki 8 lokasi di dunia yakni di Singapura, London, New York, Sydney, Stockholm, Oslo, Nairobi dan Amsterdam. Sejak program pertamanya di Singapura pada tahun 2018, Antler telah menghasilkan lebih dari 80 perusahaan teknologi baru dengan perkembangan yang cepat.
(Baca: Bukalapak PHK Karyawan, Unicorn Keempat Indonesia Mulai 'Batuk'?)
Tahun lalu, Antler mengumumkan bahwa mereka telah menyuntikkan modal sebesar US$ 3 juta untuk mendanai operasinya. Jajaran investor termasuk Ole Ruch, Direktur Pelaksana WeWork dan mantan Direktur Pelaksana Airbnb Eropa Utara, Birger Nergaard, pendiri Verdane Capital, sebuah dana VC di Skandinavia, dan Andreas Ehn, CTO pertama Spotify.
Antler memperkirakan akan menghasilkan 20 hingga 30 perusahaan inovatif per tahun di Asia, dan selanjutnya meluncurkan program yang sama di kawasan lain.
Co-founder dan CEO Antler Magnus Grimeland mengatakan, perusahaan yakin bahwa siapa pun yang memiliki bakat, semangat dan sumber daya yang tepat bisa mengubah dunia kita menjadi lebih baik.
“Seluruh tim pendiri Antler terlibat dalam bisnis startup dan sudah berhasil berkali-kali, sehingga kami tahu apa yang dibutuhkan untuk memulai dan menumbuhkan bisnis yang bisa memberi dampak positif terhadap perekonomian lokal maupun global," ujar Magnus dalam siaran pers, Kamis (31/5) tahun lalu.
Ada pun metodologi pencipta perusahaan Antler terdiri dari tiga tahap selama lima bulan yakni melalui pencarian bakat, konseptualisasi dan pembentukan tim, serta pendirian perusahaan.