Sistem pembayaran digital di Indonesia terbilang memiliki ceruk pasar besar. Pasalnya, transaksi yang ada masih didominasi uang tunai. Bukan tidak mungkin pada tahun-tahun mendatang porsi transaksi dompet digital semakin meningkat.
Laporan Morgan Stanley berjudul "Indonesia Banks: Fintech continues to lead digital payment market" mengulas sejumlah hal terkait kiprah alat pembayaran digital di Indonesia. Data yang dipublikasikan pada 19 Februari 2019 ini menyebutkan, pangsa pasar electronic payment konsisten tumbuh.
Secara umum, sepanjang 2018 tercatat bahwa market share alat pembayaran nontunai mencapai 7,3%. Angka ini melampaui realisasi pada 2017 sebesar 2,1%. Nilai transaksinya sebesar Rp 47,1 triliun (2018) dari Rp 12,3 triliun (2017).
Morgan Stanley turut melansir bahwa OVO merupakan salah satu dompet elektronik dengan penggunaan tertinggi dan paling dikenal publik Indonesia. Gesitnya pertumbuhan bisnis OVO dan para kompetitornya terpengaruh beberapa hal, khususnya semakin menjamur offline merchant yang bekerja sama dengan mereka.
Lebih jauh membedah pamor OVO, riset yang dilakukan Kantar pada Mei 2019 menyebutkan bahwa OVO adalah dompet elektronik yang tersering digunakan responden di delapan kota besar Indonesia. Sebanyak 53% responden mengaku menjadi pengguna electronic wallet ini, disusul oleh 47% responden yang menyebut lima e-wallet nasional keluaran perusahaan tekfin lain dan bank.
Survei Kantar tersebut menjaring temuan dari total 1.200 responden, mencakup pengguna ponsel pintar dan alat pembayaran elektronik berusia 18 - 50 tahun. Tak hanya menjadi dompet elektronik yang paling sering digunakan, OVO pun disebutkan sebagai top of mind dalam kategori dompet digital oleh 49% responden, meninggalkan saingan terdekatnya yang dipilih oleh 42% responden.
Meningkatnya penggunaan OVO didorong oleh strategi ekosistem terbuka yang diusung oleh perusahaan, yakni melalui kolaborasi dengan Grab dan Tokopedia serta 500.000 merchants termasuk UMKM. Sejak diluncurkan pada 2017, OVO kini hadir di 319 kota Indonesia.
Tingginya popularitas OVO ditengarai juga didorong oleh kampanye Patungan Untuk Berbagi yang diusung OVO, Grab, dan Tokopedia sepanjang Mei 2019. Program ini memfasilitasi donasi bagi keberlangsungan pendidikan anak yatim pada tiga platform digital yang terlibat.
Dalam periode yang sama, OVO juga meluncurkan fitur pinjaman pertamanya bernama OVO PayLater yang diharapkan semakin meningkatkan jumlah pengguna. Apalagi, fitur ini bisa memberikan keputusan pemberian kredit dalam waktu kurang dari lima menit.