Setelah UberMotor mundur dari kompetisi ojek online di Indonesia, tersisa Go-Jek dan GrabBike yang saling menarik konsumen. Namun, Bonceng masuk ke tengah persaingan, dengan mengusung tema nasionalisme yang ditunjukkan lewat warna jaket merah dan putih. Salah satu starteginya, pembebasan komisi tarif untuk mitra pengemudi.
Chief Executive Officer (CEO) dan Founder Bonceng Faiz Nouval mengatakan, sebagai penyedia layanan berbasis aplikasi, pihaknya memegang prinsip bahwa fasilitas untuk konsumen dan pengemudi harus seimbang. Untuk itu, pihaknya membuat kebijakan, yaitu tidak mengambil komisi dari setiap pembayaran transaksi perjalanan.
"Tidak ada potongan komisi. Aktivitas di lapangan jadi hak penuh mitra pengemudi," kata Faiz kepada katadata.co.id di ICE BSD, Tangerang Selatan, Kamis (21/3). Sebab, uang tersebut dianggap bermanfaat untuk pengemudi membeli bensin, membayar biaya perbaikan kendaraan, serta biaya risiko di jalan.
(Baca: Baru Dirilis, Aturan Ojek Online Juga Mencakup Ojek Pangkalan)
Adapun Bonceng sudah beroperasi sejak November 2018, tetapi sistemnya belum bekerja secara penuh. Faiz mengaku baru memberikan sekitar 700 paket jaket dan helm kepada mitra pengemudi. Namun, "Sudah ada sekitar 22 ribu lebih calon driver baik motor maupun mobil," ujarnya.
Saat ini, penggunaan Bonceng masih terbatas di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek). Namun, jumlah pengguna aktif Bonceng sudah cukup banyak, yakni hampir 30 ribu pengguna.
Ke depan, Bonceng membidik ekspansi hingga ke pelosok-pelosok. Pendekatan langsung kepada mitra pengemudi pun jadi strategi Boceng dalam mempromosikan diri, termasuk untuk menggaet lebih banyak mitra pengemudi.
Pihaknya pun berharap, lewat media sosial, Bonceng dengan jaket merah-putihnya bisa viral sehingga dikenal luas masyarakat. Selain itu, pihaknya akan mengandalkan skema kemitraan dengan pemerintah daerah, korporasi lokal, atau korporasi untuk memuluskan ekspansinya ke berbagai daerah.
(Baca: Kemenhub Rilis Aturan Ojek Online, Belum Mencakup Tarif Layanan)
Dari segi pendanaan, Faiz mengklaim sudah ada sekitar tujuh pelaku usaha dalam dan luar negeri yang ingin memberikan dukungan. Namun, Bonceng masih menutup diri untuk membebaskan diri dari beban tanggung jawab kepada investor. "Kami ingin membuktikan kalau sistem kemitraan saja cukup untuk meningkatkan pengguna," kata dia.
Untuk sistem pembayaran, Faiz menjelaskan, Bonceng sebetulnya sudah hampir sepakat untuk menggunakan sistem pembayaran Bank Mandiri. Sayangnya, kebijakan penggunaan LinkAja oleh BUMN membuat rencana itu kandas.
Bonceng memiliki empat fitur, yaitu Bonceng Motor, Bonceng Mobil, Bungkus sebagai layanan pembelian dan pengiriman makanan, serta Bingkis untuk pengiriman barang. Bonceng pun sudah bisa diunduh di Google Store dan Apple Store.
Salah satu pengemudi, Mahmudin yang berdomisili di Jakarta Barat menilai layanan tanpa pemotongan komisi 20% tersebut lebih menguntungkan bagi mitra pengemudi. "Penggunanya memang belum banyak, tapi sudah jadi solusi bagi para pengemudi," ujarnya.
Meski tanpa potongan, Mahmudi menjelaskan ada tarif tetap yang harus dibayar mitra pengemudi setiap pekan yaitu sebesar Rp 50 ribu. Menurut dia, jika penggunanya semakin banyak, keuntungan bakal lebih besar. Namun, masalah pendapatan tiap orang sangat tergantung dari etos kerja. Sejauh ini, dia bisa mengangkut tiga sampai empat penumpang sehari.