Permintaan Tinggi, Alibaba Cloud Bangun Pusat Data Kedua di Indonesia

Maverick
Leon Chen, General Manager of Singapore and Indonesia, Alibaba Cloud menyampaikan sambutan dalam peluncuran data center kedua Alibaba Cloud di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (9/1).
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
9/1/2019, 15.22 WIB

Perusahaan komputasi awan (cloud) Alibaba Cloud membangun pusat data keduanya di Indonesia. Investasi ini dilakukan karena permintaan pasar yang cukup besar di Indonesia.

Alibaba membangun pusat data pertamanya di Indonesia pada Maret 2018. "Kami melihat ada banyak permintaan dari Indonesia," kata General Manager of Singapore and Indonesia Alibaba Cloud Leon Chen di Hotel Mulia, Jakarta (9/1).

Layanan komputasi awan ini bisa digunakan oleh korporasi besar hingga Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Setelah meluncurkan pusat data pertamanya, ia mencatat permintaan layanan terus meningkat. "Kami meningkatkan kapasitasnya dua kali lipat untuk memenuhi permintaan," ujarnya.

Dengan kehadiran dua pusat data milik Grup Alibaba, maka kapasitasnya meningkat dan kemampuan pemulihan akibat bencana alam (disaster recovery) menjadi lebih kuat. Hal ini memungkinkan pelanggan untuk melakukan mission-critical workload di berbagai zona dan mengganti zona dalam hitungan detik.

(Baca: Softbank dan Alibaba Kembali Suntik Modal Rp 16 Triliun ke Tokopedia)

Sejalan dengan hal itu, Alibaba Cloud menawarkan produk dan layanan yang komprehensif, mulai dari elastic computing, basis data, jaringan, penyimpanan data, keamanan, middleware hingga solusi untuk mengatasi tantangan industri vertikal.

Lalu, setelah meluncurkan mesin pembelajar dengan teknologi kecerdasan buatan (machine learning for artificial intelligence), kini Alibaba Cloud menyediakan elastic search pada Januari 2019. Elastic search ini memungkinkan pencarian secara real-time, analisis data, dan visualisasi.

Selain itu, Alibaba Cloud meluncurkan Smart Access Gateway (SAG) atau solusi SD-WAN yang menghadirkan one-stop cloud connectivity untuk konsumen individu (public cloud) maupun perusahaan (hybrid cloud environment). "Indonesia populasinya besar, generasi mudanya juga banyak. Ini adalah bagian yang paling seksi (dari pasar) Indonesia," ujarnya.

Ia juga memandang revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE) tidak berpengaruh terhadap industri cloud di Indonesia. "Kami ke Indonesia murni urusan bisnis," kata dia.

Hanya, Leon enggan menyebutkan nilai investasi pembangunan dua pusat data ini. Bahkan, lokasi pusat datanya pun ia enggan sampaikan. Secara keseluruhan, Alibaba Cloud kini memiliki 55 availibility zone di 19 wilayah di dunia.

(Baca: Sempat Diragukan, Ini Rahasia Jack Ma Besarkan Alibaba)

Direktur PT IndoInternet David Tandianus menambahkan, dua pusat data ini bersifat melengkapi. "Kalau ada bencana, mereka bisa memperbesar kapasitas (cloud). Kalau ada masalah di satunya (pusat data) bisa pakai yang lainnya. Ini kebutuhan perusahan yang penting," ujarnya.

Adapun IndoInternet berperan sebagai distributor produk komputasi awan dan teknologi Alibaba Cloud di Indonesia. Selain itu, Alibaba Cloud bekerja sama ddngan PT Blue Power Technology dan PT Sistech Kharisma.

Seiring dengan peluncuran pusat data kedua ini, Alibaba Cloud mengadakan program Internet Champion Global Accelerator kepada 300 penggiat startup di Indonesia pada hari ini (9/1). Melalui program ini, Alibaba Cloud memberikan pelatihan, bimbingan, dan peluang modal ventura. Lalu, program akan dilanjutkan di Bali pads 12 Januari 2019 bagi 200 profesional dan mahasiswa.

Reporter: Desy Setyowati