Perusahaan penyedia solusi teknologi informasi Huawei teken 22 kontrak kerja sama komersial dengan operator di berbagai negara mengembangkan teknologi 5G. Selain itu, Huawei bekerja sama dengan lebih dari 50 operator untuk melakukan ujicoba teknologi 5G.
"Lewat investasi dan inovasi yang berkesinambungan, kami berkomitmen membantu operator mengimplementasikan jaringan 5G dengan mudah, cepat dan efisien,” kata Executive Director dan President Grup Bisnis Jaringan Huawei Ryan Ding dalam siaran pers, Jumat (23/11).
Dalam acara Global Mobile Broadband Forum (MBBF) di London, Inggris, Ding menyampaikan bahwa teknologi 5G akan mengantarkan industri teknologi informasi dan komunikasi memasuki era baru. Di era baru tersebut, kapasitas koneksi meningkat hingga sepuluh kali lipat.
Ia optimistis, teknologi 5G akan menghadirkan peluang bisnis baru pada industri selular. Pertama-tama, teknologi 5G fokus pada enhanced mobile broadband (eMBB) yang memungkinkan setiap individu menggunakan internet dengan kapasitas lebih besar.
Bahkan, 5G memungkinkan setiap rumah memiliki bandwith berkecepatan tinggi. Maka, harapannya, Wireless to The X (WTTx) besutan Huawei bisa menjadi pilihan utama konsumen. "5G juga memungkinkan berbagai skenario seperti koneksi massal, kecepatan supercepat, dan latensi ultra-rendah yang bisa menciptakan bisnis model baru dan nilai tambah bagi operator,” kata dia.
(Baca juga: Belitan Utang yang Mengancam Perusahaan Internet Grup Lippo)
Ia melihat, ada dua faktor penyebab cepatnya pertumbuhan adopsi 5G di dunia. Pertama, negara maju yang menjadi early adopter 5G mewakili sepertiga populasi dunia, sehingga skala adopsinya lebih besar ketimbang era gelombang komersialisasi 3G dan 4G. Kedua, pelopor 5G adalah industri perangkat. Ponsel pintar 5G pertama pun akan hadir pada 2019.
Para pemimpin industri ponsel diprediksi akan meluncurkan ponsel budget seharga US$ 100 atau sekitar Rp 1,46 juta, segera setelah jaringan 5G resmi tersedia secara komersial. “Setiap generasi jaringan memiliki tantangannya sendiri, termasuk komersialisasi 5G," kata dia. "Kolaborasi erat dengan operator memungkinkan kami menghadirkan kemudahan "
Ding juga mengenalkan solusi inovatif Huawei dalam memudahkan implementasi 5G bagi operator. Salah satunya, solusi kompak Massive MIMO atau unit antena aktif (AAU) terkecil dan teringan di dunia. Ia mengklaim, solusi ini dapat diandalkan bahkan dalam skenario bencana topan level-15. Ia juga mengklaim, solusi ini dapat mengurangi biaya operasional sewa.
Selain itu, Huawei menyediakan solusi decoupling yang memungkinkan tersedianya jaringan 4G dan 5G C-band secara bersamaan, sehingga pengguna lebih mudah berselancar. Ada pula solusi 5G power dan microwave untuk membantu operator membangun jaringan 5G dengan lebih cepat.
Huawei juga memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dalam membantu operator menyederhanakan operasi, pemeliharaan jaringan, dan memangkas biaya operasional. "5G sudah dimulai dan kami siap untuk bekerja sama dengan semua pihak dalam mendorong perkembangan industri berbasis 5G,” kata Ding.