Go-Jek Masuk Daftar 10 Merek Paling Bernilai di Indonesia

ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
Pengemudi ojek Go-Jek mengantarkan penumpang menuju salah satu kawasan perkantoran di Jakarta, Jumat (26/06/2015).
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
31/10/2018, 07.00 WIB

Brandz bersama dengan WPP dan Kantar Millward Brown mengumumkan daftar merek paling bernilai di Indonesia pada 2018 pada Rabu (24/10) pekan lalu. Yang menarik, penyedia layanan on-demand Go-Jek masuk 10 besar merek paling mahal di Indonesia.

Tepatnya, Go-Jek menempati posisi ketujuh dengan nilai merek perusahaan US$ 2,38 miliar atau Rp 36,23 triliun. "Salah satu merek yang sukses mengomunikasikan kepada para konsumen atas proposisi baru dan disruptif mereka adalah Go-Jek," demikian dikutip dari siaran pers yang diterima Katadata, Selasa (30/10).

(Baca juga: Bocoran Google untuk Startup yang Ingin Jadi Unicorn)

Ini pertama kalinya Go-Jek masuk daftar merek perusahaan paling bernilai di Indonesia. Selain Go-Jek, tiga unicorn nasional juga masuk daftar tersebut. Nilai merek Traveloka sebesar US$ 805 juta dan menempati posisi ke-20. Sementara nilai merek Tokopedia US$ 330 juta di peringkat ke-33, dan merek Bukalapak ditaksir senilai US$ 298 juta di posisi ke-37.

Tahun ini, BrandZ memang menerapkan beberapa perubahan kriteria dalam pendaftaran. Alhasil, merek unicorn dan privat bisa masuk daftar peringkat selama yang bersangkutan memiliki informasi finansial yang kredibel atau dapat memberikan keterangan detil mengenai dana kepada publik. "Mereka (unicorn) dianggap sebagai merek yang dapat menciptakan pasar baru (disruptor brand)," demikian dikutip.

Merek dari keempat unicorn tersebut dinilai memenuhi keinginan masyarakat Indonesia dalam mengakses lebih banyak pilihan serta pengalaman bagi para konsumen. Penilaian atas inovasi dari keempat unicorn itu rata-rata sebesar 123 dan 130 atas pengalaman. Yang mana, nilai 100 merupakan nilai untuk merek yang dianggap rata-rata.

(Baca juga: Tokopedia dan Bukalapak Dominasi Pasar E-Commerce Indonesia)

"Merek mereka yang mengombinasikan inovasi dengan pengalaman positif terhadap konsumennya telah tumbuh sebesar dua per tiga lebih tinggi dibanding merek yang gagal dalam memberikan dua hal tersebut kepada para konsumen," demikian dikutip.

Adapun urutan pertama hingga kelima perusahaan dengan brand yang paling bernilai ditempati oleh  PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dengan nilai US$ 12,67 miliar; PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) US$ 9,38 miliar; PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) US$ 8,86 miliar; A Mild milik PT HM Sampoerna Tbk US$  8,27 miliar; PT Bank Mandiri Tbk US$ 6,42 miliar.

Lalu, ada Dji Sam soe milik PT Hanjaya Mandala Dji Sam Soe Tbk di peringkat keenam senilai US$ 2,65 miliar. Sementara urutan kedelapan dan kesembilan ditempati oleh merek rokok Surya (US$ 2,37 miliar) dan PT Gudang Garam Tbk (US$ 2,31 miliar). Urutan kesepuluh ditempati oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dengan nilai US$ 2,22 miliar.

CEO, The Store WPP, EMEA. David Roth mengatakan, pencapaian BCA yang menempati urutan pertama BrandZ Top 100 Most Valuable Global Brands sangatlah impresif dan menunjukkan bahwa inovasi yang kuat dapat menumbuhkan nilai merek itu. "Untuk dapat menandingi performa BCA, merek Indonesia lainnya perlu menguasai seni untuk berinovasi secara berkesinambungan terlebih dahulu," kata dia.

Reporter: Desy Setyowati