Google mengumumkan rencana untuk membuka Google Cloud region di Indonesia. Hal itu sejalan dengan rencana bisnis Google Cloud, yang menginvestasikan dana US$ 30 miliar untuk membangun infrastruktur di kawasan Asia Pasifik selama tiga tahun terakhir.
"Segera, dalam beberapa bulan," kata Managing Director Asia Pacific Google Cloud Rick Harshman saat Google Cloud Summit 2018 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (4/10).
Google Cloud telah memiliki tujuh fasilitas di kawasan Asia Pasifik, yakni di Osaka dan Hong Kong, Mumbai, Singapura, Taiwan, Sydney, dan Tokyo "Ini akan menjadi Google Cloud region ke delapan," ujarnya.
Selama ini, pengguna Google Cloud Platform (GCP) di Indonesia menggunakan fasilitas komputasi awan (cloud) dan pusat data di Singapura. Bila Google Cloud region di Indonesia sudah dibangun, ia memastikan tingkat latency atau keterlambatan jaringan dalam mengirim data dan suara bakal lebih rendah. Dengan begitu, kinerja perusahaan diharapkan meningkat.
Untuk bisa hadir di Indonesia, Google memperluas infrastrukturnya lewat Project Indigo sejak tahun lalu. Lewat proyek itu, Google membangun jaringan kabel serat optik bawah laut sepanjang 9 ribu meter untuk meningkatkan konektivitas antara Singapura, Indonesia, dan Malaysia. Targetnya, infrastruktur ini selesai dibangun pada 2019.
(Baca juga: Susul Facebook, Twitter dan Google Perketat Iklan Politik)
Head of Google Cloud Southeast Asia Tim Synan menambahkan, saat ini Google Cloud telah bermitra dengan perusahaan besar seperti PT Blue Bird Tbk, PT Chairul Tanjung Corpora, PT Elang Mahkota Teknologi (Grup Emtek), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Startup unicorn seperti Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka menggunakan fasilitas komputasi awan Google.
Ia optimistis, pasar cloud di Indonesia cukup besar. "Saat ini, startup dan unicorn di Indonesia tengah berkembang," kata Tym.
Pada kesempatan itu, CTO Sale Stock Garindra Prahandono menyampaikan, perusahaannya sudah menggunakan Google Cloud sejak tiga tahun lalu. "Hasilnya, kami menghemat biaya hingga lima kali lipat," kata dia. Pengumpulan data pengguna juga menjadi lebih cepat
Sementara itu, Direktur Blue Bird Sigit Priawan Djokosoetono mengatakan, perusahaannya sudah menggunakan layanan Google Cloud selama dua tahun. Menurutnya, teknologi ini membantu perusahaan mencari informasi seputar permintaan dan persediaan taksi secara real-time. Hal ini mirip dengan teknologi layanan on-demand seperti Go-Jek dan Grab.
"Kami sedang cocokan data yang kami miliki. Kami lihat ada dimensi baru yang bisa kami berikan untuk meningkatkan layanan. Misalnya, (cloud) bisa memperkirakan kapan demand. Jadi taksi bisa lebih cepat ke konsumen," kata dia.