Sekolah Pemrograman Gratis Dibuka untuk Umum Tahun Depan

ANTARA FOTO/Moch Asim
Sejumlah siswa mengerjakan soal pelajaran produktif teknik audio video (TAV) saat mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) susulan di SMK Negeri 2 Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/4).
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
17/9/2018, 16.27 WIB

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Kementerian Ekonomi Digital Prancis membangun sekolah pemrograman gratis untuk masyarakat Indonesia. Rencananya, sekolah ini dibuka di Bali pada 2019.

Menteri Kominfo Rudiantara mengatakan, Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu dari tujuh persoalan Indonesia terkait pengembangan ekonomi digital. "Tahun depan lah (mulainya)," kata dia saat acara penandatanganan di kantornya, Jakarta, Senin (17/9). Sekolah ini akan diberi nama L'Academie.

L'Academie ini akan menggunakan konsep belajar dari School 42. School 24 adalah badan nirlaba di Prancis yang mengembangkan pola belajar terkait digital ekonomi. "Ini pertama kalinya School 42 hadir di Asia, yakni di Indonesia," kata Rudiantara.

Masyarakat dengan latar belakang pendidikan apapun bisa mendaftar di sekolah gratis ini. Bahkan, usia juga tidak dibatasi. Sepanjang pendaftar lulus tes, maka akan diterima oleh L'Academie. Hal ini merupakan bagian dari upaya pemerintah menciptakan 20 ribu teknisi teknologi informasi tahun depan. "Kadang, kami impor SDM, dan itu mahal," ujarnya.

Hanya, teknis dari kerja sama ini masih akan dibicarakan lebih lanjut oleh kedua negara. Ia berharap, pembangunan sekolah ini akan meningkatkan jumkah SDM yang mumpuni sehingga bisa mengisi ekosistem digital ekonomi. "Saya mengapresiasi upaya untuk memberikan dukungan penyediaan SDM dalam ekonomi digital," katanya.

(Baca juga: Tren Baru Pembayaran Kode QR yang Menyimpan Masalah)

Adapun enam persoalan lain Indonesia untuk mengembangkan ekonomi digital di antaranya modal untuk membuat startup; perpajakan; proteksi konsumen; keamanan siber; logistik; dan, infrastruktur. 

Menteri Ekonomi Digital Prancis Mounir Mahjobi menambahkan, untuk bisa membangun lebih banyak unicorn atau startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar butuh SDM yang besar. Untuk itu, perlu pengembangan pendidikan di bidang digital dan infrastruktur teknologi komunikasi di setiap daerah.

"Kami membawa konsep terkait coding dan terbuka untuk siapa saja. Ini bertujuan supaya SDM Indonesia bisa transisi ke digital ekonomi," kata dia.

Perwakilan School 42 Oliver Ducourant menyampaikan, metode pembelajaran L'Academie adalah teacher-free, peer to peer learning concept and project-based learning. Dengan begitu, para siswa bisa bertukar pikiran secara fleksibel kapan pun.

Karena bersifat digital, siswa hanya memerlukan laptop dan mengakses platform belajar. Bahkan proses komunikasinya menggunakan chatbot. Adapun, L'Academia akan dimulai pada September 2019 dengan 150 peserta didik selama tiga tahun. Siswa juga akan mendapat tempat magang dan bekerja di perusahaan terpilih.

Selain dengan School 42, pengembangan L'Academia juga melibatkan Online Pajak, Ancora Group, dan Ancora Foundation. "Saya harap Indonesia akan dikenal sebagai pemasok programmer unggul yang dibutuhkan di era digital ini," ujar Pendiri Ancora Group Gita Wirjawan.

Reporter: Desy Setyowati