Twitter telah membekukan lebih dari 70 juta akun palsu selama periode Mei – Juni 2018. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi penyebaran hoax pada platform mereka.

"Sistem mengidentifikasi lebih dari 9,9 juta akun robot dan yang berpotensi spam per minggu," kata perusahaan dikutip dari The Verge, akhir pekan lalu (6/7).

Berdasarkan data yang dirangkum The Washington Post, Twitter menangguhkan lebih dari satu juta akun setiap hari dalam dua bulan terakhir. Akibatnya, jumlah pengguna Twitter menurun di Kuartal II-2018.

Kendati demikian, pimpinan Twitter optimistis penurunan ini tidak akan berpengaruh terhadap pengguna aktif. Alasannya, akun robot yang dibekukan memang telah jarang sekali mengunggah konten.

(Baca juga: Tiga Fitur Facebook Cegah Peredaran Hoax Saat Pilpres)

Analis Wedbush, Michael Pachter terkejut lantaran penangguhan ini dilakukan ketika pengguna aktif Twitter hanya 336 juta per bulan. Namun, jika benar 70 juta akun yang ditangguhkan memang palsu, semestinya tidak berdampak besar bagi perusahaan. "Tetapi kalau mayoritas adalah pengguna aktif, maka akan menjerit," ujarnya dikutip dari Reuters.

Situs microblogging Twitter memang mendapat tekanan dari kongres, terkait keterlibatan Rusia dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) mengunakan akun palsu. Oleh karenanya, media sosial seperti Twitter dan Facebook diminta untuk mengurangi sebaran informasi palsu sejak 2017 lalu.

Twitter pun fokus mengembangkan mesin pembelajar (machine learning) untuk mengidentifikasi dan mengatasi jaringan akun spam dan bot. Identifikasi dan penindakan terhadap 9,9 juta akun spam atau bot per pekan naik cukup signifikan dari 3,2 juta per pekan pada pada September 2018.

Reporter: Desy Setyowati