Setelah Brian Acton, kini giliran CEO WhatsApp Jan Koum mundur dari Facebook Inc. Hengkangnya para pendiri WhatsApp ini diduga karena berselisih dengan Facebook terkait privasi dan iklan.
Koum mengumumkan pengunduran dirinya melalui akun Facebooknya. Ia menyatakan bahwa dirinya dan Acton telah mendirikan WhatsApp 10 tahun lalu, dan selama itu ia bersyukur telah bekerja dengan orang-orang terbaik. “Kini saatnya saya melanjutkan hidup,” demikian ditulisnya, Selasa (1/5) waktu Amerika Serikat.
Ia tak menyatakan rencananya setelah meninggalkan Facebook. Ia masih ingin menikmati waktu dan menekuni hobinya di luar bisnis digital. “Seperti mengoleksi mobil-mobil Porsche dan bermain ultimate frisbee.”
(Baca juga: Facebook Raup Untung Rp 69,53 Triliun di Tengah Skandal Kebocoran Data)
Namun, ada dugaan penyebab utama Koum mundur karena menolak strategi perusahaan induknya, Facebook yang hendak memakai data pribadi dan melemahkan enkripsi WhatsApp untuk kepentingan pengiklan. Apalagi, pendapatan utama Facebook berasal dari iklan. Sementara, Acton dan Koum berjanji tak akan ada iklan di aplikasinya.
Meski Koum tidak spesifik menjelaskan alasannya mundur, CEO Facebook Mark Zuckerberg menanggapi unggahan pendiri WhatsApp tersebut. Mark mengaku akan merindukan masa-masa bekerja bersama Koum.
"Saya berterima kasih untuk semua yang kamu ajarkan, termasuk tentang enkripsi dan kemampuannya mengalihkan kontrol dari sistem terpusat ke tangan orang-orang. Nilai-nilai itu akan selalu menjadi jantung dari WhatsApp," tulis Mark.
Adapun Facebook mengakuisisi WhatsApp pada 2014 dengan mahar berupa uang dan saham senilai US$ 19 miliar. Brian Acton lebih dulu meninggalkan WhatsApp pada 2017 lalu. Ia bahkan turut menyerukan boikot Facebook saat skandal pencurian data oleh Cambridge Analytica mencuat.
Di bawah kendali Facebook, aplikasi percakapan itu menghapus biaya berlangganan US$ 1 per tahun pada Januari 2016. Alhasil, pengguna bisa memakai layanan itu secara cuma-cuma. Padahal, iuran itu menjadi satu-satunya pemasukan bagi WhatsApp.
Mengutip dari Reuters, setelah kasus kebocoran data 87 juta pengguna, Facebook diduga bakal memanfaatkan basis data WhatsApp untuk kebutuhan pengiklan. Apalagi, pengguna aktif WhatsApp mencapai 990 juta.