Riset dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menunjukkan kontribusi Go-Jek sebesar Rp 9,9 triliun per tahun terhadap perekonomian Indonesia. Nilai tersebut didapatkan dari kontribusi penghasilan mitra pengemudi Go-Jek sebesar Rp 8,2 triliun dan melalui mitra UMKM sebesar Rp 1,7 triliun setiap tahunnya.
LD FEB UI mengadakan riset pada Oktober-Desember 2017 terhadap 3.315 mitra pengemudi, 806 mitra UMKM, serta 3.465 konsumen. Survei dilakukan di Denpasar, Balikpapan, Bandung, Jabodetabek, Yogyakarta, Makassar, Medan, Palembang, dan Surabaya bekerja sama dengan Go-Jek. Survei ini memiliki margin of error +/- 5%.
Peneliti LD FEB UI Paksi C.K Walandaow mengatakan, para mitra pengemudi memberikan tambahan Rp 682,6 miliar per bulan yang masuk ke ekonomi nasional semenjak bergabung dengan Go-Ride. Ini karena mitra pengemudi merasakan kenaikan pendapatannya 44% setelah bergabung dengan Go-Jek.
Setelah bergabung dengan Go-Jek, pendapatan rata-rata seluruh mitra pengemudi sebesar Rp 3,31 juta. Pendapatan rata-rata sebagai mitra pengemudi penuh waktu sebesar Rp 3,48 juta per bulan.
"Rata-rata pendapatan pengemudi lebih besar 1,25 kali daripada rata-rata upah minimum kota di sembilan wilayah yang disurvei sebesar Rp 2,8 juta," kata Paksi di Hong Kong Cafe, Jakarta, Kamis (22/3).
(Baca juga: Berkah Go-Food bagi Pisang Goreng Bu Nanik)
Paksi menjelaskan, 86% mitra pengemudi merasa puas dengan penghasilannya. Karenanya, mitra pengemudi merasa bahwa kualitas hidupnya lebih baik (80%) dan jauh lebih baik (10%) setelah bergabung dengan Go-Jek.
Adapun, 52% mitra pengemudi merasa diuntungkan oleh hubungan kemitraan dengan Go-Jek. Sebanyak 97% mitra pengemudi juga merasa puas dengan fleksibilitas yang didapatkannya selama bergabung dengan Go-Jek.
Selain itu, Paksi mengatakan jika Go-Jek turut menyumbang pengurangan pengangguran karena membuka kesempatan kerja. Berdasarkan survei LD FEB UI, sebanyak 15% mitra driver yang bergabung dengan Go-Jek sebelumnya tidak memiliki pekerjaan.
"Go-Jek mengurangi tekanan pengangguran dengan memperluas kesempatan kerja," kata dia.
Adapun, LD FEB UI memperkirakan terdapat tambahan Rp 138,6 miliar per bulan yang masuk ke ekonomi nasional semenjak mitra UMKM bergabung dengan Go-Food. Sebab, sebanyak 43% mitra UMKM mengaku mengalami kenaikan omzet pasca bergabung dengan Go-Jek.
Sebanyak 82% mitra UMKM mengaku mengalami peningkatan volume transaksi. Adapun, 30% UMKM mengaku terdapat pengurangan biaya karena bergabung denga Go-Jek.
"85% di antaranya mengalami peningkatan volume transaksi lebih dari 5%," kata Paksi. (Baca juga: Go-Jek: Transaksi Mitra Go-Food Rata-Rata Naik 2,5 Kali Lipat)
Paksi mengklaim kemitraan dengan Go-Jek meningkatkan pangsa pasar UMKM. Sebab, 76% mitra UMKM sebelumnya tidak melayani pengiriman pesan antar. 70% mitra UMKM pun mengaku mulai memasuki ranah digital karena Go-Jek,
"Go-Jek membuka akses pasar, akses pasar penting untuk UMKM. salah satu masalah UMKM adalah akses pasar," kata dia.
Go-Food juga dinilai membantu peningkatan kesempatan usaha bagi mitra UMKM yang baru berdiri. Alasannya, 57% UMKM yang disurvei mengaku baru memulai usaha tahun 2016/2017.
Sebanyak 84% mitra UMKM bergabung dengan Go-Jek untuk meningkatkan pemasaran. Sementara 73% mitra UMKM bergabung dengan Go-Jek untuk mengadopsi perkembangan teknologi.
"Go-Jek juga buat mereka itu menambah modal usaha. UMKM akan menjadi lebih besar karena 76% UMKM menginvestasikan kembali pendapatan tambahan yang mereka dapatkan dari Go-Jek," kata dia.
Selain pengemudi dan UMKM, konsumen juga merasa diuntungkan dari kehadiran Go-Jek. Sekitar 89% konsumen mengatakan bahwa Go-Jek telah memberikan dampak yang baik bagi masyarakat secara umum.
Adapun 99% konsumen merasa puas menggunakan Go-Jek dan 98% konsumen merasa nyaman menggunakan Go-Jek. Sementara, 96% konsumen merasa aman menggunakan Go-Jek.
"Jika Go-Jek berhenti beroperasi, 78% konsumen mengatakan bahwa pemberhentian tersebut akan membawa dampak buruk bagi masyarakat," kata Paksi.