Penyedia layanan taksi online asal Amerika Serikat (AS), Uber sepakat menjual sahamnya kepada perusahaan internet Jepang, Softbank Group. Dengan penjualan saham itu, Uber berharap mendapat pendanaan hingga US$ 10 miliar atau setara Rp 135 triliun.
"Kami percaya kesepakatan ini menunjukkan kuatnya potensi jangka panjang Uber,” kata Matt Kallman, juru bicara Uber, seperti dikutip dari Tech Crunch, Senin (13/11/2017).
Dalam kesepakatan yang ditandatangani pada Minggu (12/11/2017) itu, konsorsium investor yang dipimpin Softbank akan membeli 14% saham. Saham tersebut merupakan kombinasi yang sudah ada dan saham baru yang akan diterbitkan.
(Baca juga: Survei Uber: Warga Jakarta Kena Macet 90 Menit Setiap Hari)
Menurut sumber yang dekat dengan permasalahan ini, dari nilai IS$ 10 miliar tersebut, US$ 1 miliar AS bakal dibayar secara tunai untuk pembelian saham baru. Sementara US$ 9 miliar sisanya untuk membeli saham existing.
Softbank bakal membeli saham existing Uber dengan cara tender offer, yang membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Selama proses tersebut, harga saham existing Uber juga bakal ditentukan. Sebagai bagian dari kesepakatan, Softbank juga bakal mendapatkan jatah dua kursi direksi Uber.
“Saat selesai nanti, investasi ini akan membantu investasi kami dalam teknologi dan ekspansi di dalam dan luar negeri, sembari memperkuat korporasi," kata Kallman lagi.
Hanya, jika investor enggan menjual saham mereka, dan Softbank tidak bisa memenuhi ambang 14% kepemilikan Uber, maka SoftBank bakal mundur dari kesepakatan.
(Baca juga: Diprotes Taksi Online, Menhub Tetap Wajibkan Pemasangan Stiker)
Uber menjadi perusahaan ride-sharing terbaru yang mendapat investasi Softbank. Sebelumnya, Softbank juga telah menanamkan investasi di perusahaan ride-hailing lain, seperti Didi Chuxing di China, Ola di India, Grab di Asia Tenggara, dan 99 di Brasil.