Mewabahnya aplikasi permainan (game) Pokemon GO di seluruh dunia telah mendatangkan berkah bagi Nintendo. Harga saham perusahaan asal Jepang ini melambung hingga 25 persen dalam waktu singkat. Namun, Nintendo belum tentu meraup untung besar dari aplikasi besutannya itu.

Kenaikan pertama kali harga saham Nintendo di bursa Tokyo terjadi sejak Jumat pekan lalu, saat aplikasi game mobile itu diluncurkan pertama kali. Tren kenaikan itu terus berlanjut hingga awal pekan ini. Alhasil, dalam dua hari saja harga sahamnya telah melonjak 25 persen. 

Jika ditotal, kenaikan harga saham Nintendo mencapai US$ 7 miliar atau setara Rp 91,9 triliun. Tak cuma saham Nintendo yang mencetak kenaikan harga. Berkah serupa dinikmati perusahaan studio yang mengembangkan game tersebut, yaitu Niantic.

Pencapaian itu sejalan dengan banyaknya pengguna ponsel pintar yang mengunduh aplikasi tersebut. Kini, banyak pengguna ponsel di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang pandangannya lekat menatap layar ponsel sembari menjalankan aplikasi tersebut.

Meski game ini gratis, pemainnya bisa melakukan pembelian untuk meningkatkan kemampuan Pokemon yang dimiliki. “Pengguna perlu membayar untuk melatih Pokemon dan mengikutsertakannya dalam pertandingan,” kata analis dari Macquarie Capital Securities, David Gibson, seperti dilansir Bloomberg, Senin (11/7).

Di Australia, item populer di Pokemon GO bisa dibeli dengan harga hanya US$ 0,99. Gibson menjelaskan, peringkat game ini di App Store tidak ditentukan oleh besarnya nilai transaksi, melainkan tingginya jumlah pengguna. (Baca: Keuntungan Facebook Melejit Hingga Rp 74 Triliun)

Gibson pun memperkirakan, laba bersih Nintendo bisa naik 15 persen berkat aplikasi Pokemon Go yang kini menempati peringkat pertama di Amerika Serikat. Sementara itu di Jepang, game yang menduduki urutan kelima ini diprediksi bisa mendatangkan tambahan profit 10 persen.

Sebagai game baru dengan peminat yang sangat banyak, server Pokemon Go berpotensi mengalami masalah. Namun Gibson memandangnya sebagai hal positif. “Ini bagus untuk jangka panjang, jika masalah tersebut cepat diatasi,” ujarnya.

(Baca: Microsoft dan Facebook Bangun Kabel Raksasa Kejar Kecepatan Super)

Meski demikian, Gibson meragukan besarnya keuntungan yang bisa diraup Nintendo. Ia menghitung dari 100 persen pendapatan aplikasi game itu di App Store, sebanyak 30 persen akan masuk masing-masing untuk Apple dan Niantic sebagai game developer. Adapun 30 persen untuk Pokemon, dan Nintendo hanya mendapat 10 persen.

Ia menilai Nintendo tidak akan mendapat banyak keuntungan dari game tersebut. Namun, Nintendo masih bisa meraih tambahan pendapatan dari 33 persen kepemilikan sahamnya atas Pokemon Company.

Sementara itu, analis dari Deutsche Bank, Han Joon Kim, menyebut Pokemon GO sebagai kesuksesan fenomenal, yang telah mendatangkan keuntungan besar di Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. (Baca: Hindari Pajak Rp 120 Triliun, Microsoft Beli LinkedIn dengan Utang)

Pada tahun 1990-an, game Pokemon hanya bisa dinikmati melalui perangkat Nintendo Gameboy. Namun, sekarang permainan ini tersedia untuk pengguna ponsel. Penggunanya ditantang berjalan-jalan untuk menangkap 150 Pokemon yang tersebar di seantero kota.

Tak hanya mengumpulkan karakter Pokemon, sesama pemain bisa bertanding dengan Pokemon mereka, serta mencari persenjataan untuk meningkatkan kekuatan. Aplikasi permainan yang baru diluncurkan di Amerika Serikat pekan lalu itu langsung mengungguli Snapchat maupun WhatsApp. Jumlah pengguna aktif per hari di negara itu pun melampaui Twitter, berdasarkan data SimilarWeb.