Berkat PUBG, CEO Tencent Geser Jack Ma Jadi Orang Terkaya di Tiongkok

pubg.com
Ilustrasi gim PUBG Mobile
Penulis: Desy Setyowati
20/5/2020, 07.14 WIB

CEO Tencent Holdings Ma Huateng disebut menggeser posisi Jack Ma sebagai orang terkaya di Tiongkok. Salah satu divisi yang menopang bisnis Tencent yakni game online, termasuk PUBG Mobile.

Forbes mengalkulasi kekayaan miliarder. Ma Huateng tercatat memiliki kekayaan bersih US$ 48,2 miliar atau sekitar Rp 718,2 triliun per pekan lalu (14/5). Nilainya meningkat dibanding pertengahan Maret (18/3) yang sebesar US$ 38, miliar.

Sedangkan kekayaan Jack Ma meningkat dari US$ 38,8 miliar menjadi US$ 41,2 miliar atau sekitar Rp 613,9 triliun untuk periode yang sama. Lalu, “posisi ketiga ditempati oleh Colin Huang dari Pinduoduo,” demikian dikutip dari Forbes, kemarin (19/5).

Salah satu faktor pendorong bertambahnya kekayaan Ma Huateng yakni pendapatan Tencent yang meningkat di tengah pandemi corona. Saham Tencent bahkan naik 3,5% setelah mengumumkan kinerja keuangan.

Raksasa teknologi asal Tiongkok itu mencatatkan pertumbuhan pendapatan 26% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 108,1 miliar yuan atau sekitar Rp 226,5 triliun per Kuartal I 2020. Lini bisnis gim, seperti PUBG Mobile menyumbang 37,3 miliar yuan atau sekitar Rp 78,4 triliun.

(Baca: Efek Pandemi, PUBG Sumbang Rp 78,4 T ke Perusahaan Tiongkok Tencent)

Pendapatan dari divisi gim tersebut meningkat 31% secara tahunan. Peningkatan terjadi, karena penggunaan (usecase) dan jumlah pengguna game online yang dikembangkan Tencent melonjak di tengah pandemi virus corona.

Secara rinci, lini bisnis gim terdiri dari dua yakni game online dan PC. Game online seperti PUBG menyumbang 34,8 miliar yuan dan gim PC 11,8 miliar yuan.

Tencent menjelaskan, aktivitas gim PC di Tiongkok menurun karena penutupan sementara warung internet. Hal ini karena ada pembatasan aktivitas masyarakat di luar rumah efek pandemi Covid-19.

(Baca: Dirilis Kemarin, PUBG Season 13 Hadirkan Tujuh Hal Baru)

Namun, analis memperkirakan keuntungan tersebut hanya sementara. Ketika sekolah dan kantor dibuka kembali di tengah pelonggaran pembatasan secara bertahap, maka waktu bermain gim akan berkurang.

Terlebih lagi, pemulihan ekonomi yang berkepanjangan kemungkinan akan membuat konsumen berhemat. “Dengan kurangnya rilis game baru yang besar sejauh ini, mungkin akan menyebabkan penurunan pertumbuhan pada kuartal ini dibandingkan dengan kuartal pertama,” kata analis riset senior di Omdia, Cui Chenyu, dikutip dari Forbes, pekan lalu (14/5).

(Baca: Daftar Game Online Terbaik Tahun 2020)