Pendiri PT Bareksa Portal Investasi (Bareksa) Karaniya Dharmasaputra resmi menjadi Presiden PT Visionet Internasional (OVO) sejak September 2019. Meski memimpin OVO, Karaniya menyatakan dirinya tetap menjadi CEO Bareksa.
Melalui rangkap jabatan ini, ia berharap dapat memperkuat integrasi bisnis antara OVO dan Bareksa yang saat ini tengah dikembangkan. Melalui integrasi tersebut, produk investasi yang saat ini disediakan di platform Bareksa bakal tersedia pula di OVO, tetapi saldo tetap akan terpisah sesuai arahan Bank Indonesia (BI).
"Mudah-mudahan (proses integrasi lebih cepat. Tapi itu tergantung, kami menunggu (perizinan)," ujar Karaniya di acara Bareksa-Kontan 3rd Fund Awards 2019 di Jakarta, Rabu (18/9) malam.
(Baca: Pendiri Bareksa Ditunjuk Jadi Presiden OVO)
Ia menjelaskan proses integrasi masih menunggu izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku otoritas pasar modal dan Bank Indonesia (BI) selaku otoritas sistem pembayaran. Adapun khusus terkait perizinan OJK, menurut dia, pihaknya telah mengantongi restu dan hanya tinggal melengkapi sejumlah dokumen.
"Sejauh ini BI juga sudah menyambut (integrasi ini) dengan sangat positif. Karena ini bukan hanya untuk OVO dan Bareksa saja, tetapi juga bagus untuk pendalaman pasar dan perekonomian Indonesia," kata dia.
Karaniya optimistis integrasi dua layanan itu bakal mendorong inklusi keuangan di Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), transaksi uang elektronik pada sepanjang tahun lalu mencapai Rp 47,19 triliun, naik empat kali lipat dari tahun sebelumnya Rp 12,37 triliun. Transaksi tersebut mencakup uang elektronik berbasis kartu dan server atau digital.
(Baca: Kabar OVO Gabung dengan DANA, Menteri Kominfo Minta Ikuti Aturan)
"Peluang e-money (uang elektronik) sangat besar. Kami berharap, ke depannya supaya orang tidak hanya konsumsi (belanja) tetapi juga melakukan investasi untuk kesejahteraan mereka juga," ujarnya.
Saat ditanyai soal status OVO sebagai unicorn, Karaniya enggan berkomentar. Padahal sebelumnya, Direktur OVO Johnny Widodo sempat menyampaikan bahwa perusahaannya telah menyandang status unicorn beberapa waktu yang lalu. "Kalau (jadi) unicorn, masa kami sebut 'saya unicorn'. Seharusnya, media yang menilai sendiri," jelas dia.