Popularitas TikTok, aplikasi yang dikembangkan oleh perusahaan rintisan atau startup asal Tiongkok, Bytedance, makin melonjak. Tingginya popularitas membuat TikTok meluncurkan platform baru untuk pengguna korporasi.
Managing Director for Global Business Marketing TikTok Katie Puris mengatakan, platform yang diberi nama 'TikTok for Business' Itu dapat digunakan oleh pengguna korporasi untuk mengkampanyekan produk atau merk-nya kepada komunitas yang ada di TikTok.
"Kami berinvestasi dalam solusi yang memungkinkan pemasaran suatu produk atau merek (brand) terhubung dengan berbagai komunitas yang ada di TikTok," ujar Katie, dikutip dari TechCrunch, Kamis (25/6).
Fitur utama yang ditawarkan TikTok kepada pengguna korporasi adalah TopView, yang memungkinkan iklan perusahaan muncul ketika pengguna TikTok membuka aplikasi.
Fitur lainnya adalah Brand Takeover, yang memungkinkan pengguna korporasi menampilkan iklan pendek berdurasi 3-5 detik berupa video atau gambar. Kemudian, fitur In-feed Video, yang memungkinkan pengguna korporasi menampilkan iklan panjang berdurasi 60 detik.
Selain itu ada fitur Hashtag Challenge, yang memungkinkan suatu brand berpartisipasi dalam berbagai kampanye komunitas. Brand tersebut bisa mengundang pengguna TikTok, untuk membuat konten di setiap tagar kampanyenya.
Terakhir, fitur Branded Effect yang memungkinkan pengguna korporasi terlibat dalam pembuatan konten komunitas atau pengguna individu. Fitur ini memungkinkan suatu merek atau produk ditambahkan dalam video, dengan format 2D, 3D, atau AR.
(Baca: Perusahaan Induk TikTok Raup Pendapatan Rp 79 T pada Kuartal I 2020)
Dalam platform TikTok for Business ini, perusahaan menyediakan pusat e-learning, yang akan membantu pengguna korporasi mempelajari tentang TikTok dan penawaran iklannya. Pusat e-learning akan mencakup panduan fitur, sumber daya, dan praktik dalam membantu pengguna korporasi meluncurkan kampanye yang menarik.
TikTok belum secara terbuka mengungkapkan berapa nominal biaya untuk platform bisnis ini. Perusahaan hanya menjelaskan, bahwa penetapan harga didasarkan pada tujuan atau goal yang ingin dicapai pengguna korporasi, serta cakupan kampanye yang akan dijalankan.
TikTok saat ini juga tengah sedang menguji platform lainnya, yakni Creator Marketplace. Melalui platform ini, pengguna korporasi bisa mencari dan bermitra dengan pembuat konten di TikTok. Platform ini mirip dengan yang sudah ada di YouTube, yaitu BrandConnect.
Polularitas TikTok memang sedang melonjak. Berdasarkan catatan Sensor Tower, aplikasi TikTok sudah diunduh 2 miliar kali di Google Play Store maupun App Store per 30 April 2020. Jumlahnya melonjak dua kali lipat dalam 15 bulan, salah satunya karena pandemi corona.
Jumlah unduhan aplikasi video pendek asal Tiongkok itu mencapai 1 miliar pada awal tahun lalu. Dengan adanya pandemi virus corona, aplikasi TikTok diunduh 315 juta kali hanya dalam tiga bulan pada awal tahun ini.
Di Amerika Serikat (AS), jumlah unduhan aplikasi TikTok meningkat 18% setiap pekan selama pandemi corona. Pada periode 16-22 Maret 2020, aplikasinya diunduh 2 juta kali.
Lonjakan paling tinggi terjadi di Eropa, di mana aplikasi TikTok diunduh 237.000 kali selama 16-22 Maret 2020 atau meningkat 35% dibandingkan pekan sebelumnya.
(Baca: Lampaui YouTube, TikTok Jadi Aplikasi Non-Game Terlaris di Dunia)