SoftBank Vision Fund 2 Suntik Modal Startup Kesehatan, Biofourmis

Biofourmis
Ilustrasi, platform Biovitals besutan Biofourmis
3/9/2020, 14.01 WIB

Anak usaha SoftBank Grup, Vision Fund 2, memimpin putaran pendanaan seri C startup Biofourmis senilai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,47 triliun. Startup kesehatan (healthtech) asal Singapura ini mengadopsi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam menyediakan layanan.

Investor lain yang terlibat dalam pendanaan itu di antaranya EDBI, MassMutual Ventures, Openspace Ventures, dan Sequoia Capital.

CEO Biofourmis Kuldeep Singh Rajput mengatakan, pemeriksaan kesehatan jarak jauh diminati saat pandemi corona. Sedangkan Biofourmis menyediakan perangkat lunak untuk perawatan atau software-as-a-treatment (SaaT).

Perusahaan pun membukukan peningkatan pendapatan secara signifikan sejak memperoleh pendanaan seri B, pada Mei 2019 lalu. Hanya, Kuldeep tak memerinci besaran pertumbuhan bisnisnya.

Ia hanya menyampaikan, bahwa perusahaan mengakuisisi pemimpin industri wearable biosensor, Biovotion. Selain itu, mengambil alih Gaido Health milik Takeda Pharmaceuticals, perusahaan terapi digital yang berfokus pada onkologi.

Dengan adanya pendanaan baru ini, Biofourmis akan berfokus mempercepat ekspansi ke negara lain. Selain itu, “memajukan bisnis terapi digital, mengembangkan jalur perawatan tambahan, dan mendorong integrasi lebih jauh dengan sistem kesehatan, rumah sakit, klien dan mitra penelitian klinis dan farmasi," ujar Kuldeep dikutip dari siaran pers, Kamis (3/9).

Dana segar itu juga akan digunakan untuk mengembangkan, memvalidasi dan mengomersialkan beberapa solusi terapi digital. Solusi itu di antaranya pengobatan kardiologi, pernapasan, onkologi dan nyeri.

Biofourmis menyasar pasar Amerika Serikat (AS) dan pasar utama Asia, termasuk Asia Pasifik, Tiongkok, dan Jepang.

Selain itu, Biofourmis mengumumkan penyelarasan operasional internal. Ini agar perusahaan mampu terintegrasi lebih jauh dengan klien dan mitra, serta mendukung inovasi yang sedang dikembangkan.

Struktur bisnis baru akan mencakup dua struktur vertikal. Pertama, Biofourmis Therapeutics yang berfokus untuk menjadi perintis di kategori pengobatan yang benar-benar baru.

Perusahaan akan mengembangkan terapi berbasis perangkat lunak yang tervalidasi secara klinis. Ini untuk merawat dan mengelola pasien dengan kebutuhan klinis yang belum terpenuhi.

Terapi digital bertajuk 'Beyond the Pill' itu dapat dijalankan secara mandiri maupun digabungkan dengan farmakoterapi. "Dengan begitu, terapi ini dapat meningkatkan kemanjuran obat, mengurangi biaya, dan memberikan hasil yang lebih baik bagi pasien," ujar Kuldeep.

Kedua, Biofourmis Health yang berfokus pada model perawatan virtual, untuk merawat dan mengatur pasien dari jarak jauh. Platform Biovitals® berbasis AI ini dilengkapi dengan perawatan yang dikhususkan bagi pasien gagal jantung, penyakit arteri koroner, penyakit pernapasan, dan kanker, terutama yang menjalani terapi kemo/radiasi atau CAR-T.

Perusahaan mengklaim bahwa inisiatif 'home hospital' itu dapat menurunkan biaya perawatan kesehatan. Sebab, ada pengurangan masa perawatan, kunjungan ulang dan gawat darurat ke rumah sakit.

"Inisiatif ini juga memungkinkan dokter dapat memantau dan merawat pasien dari jarak jauh hingga 21 jam, sebelum kondisi pasien menurun ke arah kritis," ujar Kuldeep.

Managing Partner SoftBank Investment Advisers Greg Moon mengatakan, predictive health akan diminati ke depan. Sedangkan Biofourmis merupakan pemimpin dalam penggunaan solusi berbasis AI dan mesin pembelajar (machine learning).

“Kami mendukung misi mereka dalam memanfaatkan AI dan wearable data untuk memungkinkan perawatan, yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien," ujar Greg.

Reporter: Cindy Mutia Annur