Mengoptimalkan Digital Health di Indonesia

123rf.com
Penulis: Dini Hariyanti - Tim Publikasi Katadata
15/9/2020, 12.41 WIB

Ekosistem digital di bidang kesehatan terus tumbuh terakselerasi pandemi Covid-19. Pada 2022, Frost & Sullivan Digital Market Overview Indonesia memproyeksikan pendapatan dari digital health bisa menyentuh US$ 726 juta dengan tingkat pertumbuhan 60 persen per tahun.

Salah satu praktik layanan kesehatan berbasis teknologi digital yang sedang berkembang di Indonesia adalah telemedis. Implementasi terkini bahkan sudah masuk pada tataran telehealth, seperti telepharmacy, telelaboratory, virtual medical education, dan virtual assistants.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M. Faqih mengakui, digital health membuat layanan kesehatan menjadi lebih baik, pasalnya komunikasi dokter dengan pasien bisa berlangsung lebih sering dan intensif. Namun ke depan, pemanfaatan layanan kesehatan digital seperti telemedis memerlukan dukungan lebih lanjut.

“Ada tiga hal terpenting terkait konsep digital health, yaitu infrastruktur internet memadai, integrasi telemedis, serta electronic medical record,” katanya dalam diskusi publik bertajuk Tantangan Pelayanan Kesehatan di Masa Depan, Sabtu (22/8/2020).

Guna mewujudkan infrastruktur internet yang memadai, selain diperlukan fasilitas internet juga dibutuhkan kolaborasi sejumlah pihak dalam satu ekosistem. Mereka yang dimaksud khususnya tenaga kesehatan, startup di bidang digital health, fasilitas kesehatan, dan farmasi.

Terkait integrasi telemedis, memerlukan pelayanan kesehatan yang terkomputerisasi. Tidak hanya itu, tenaga medis juga harus menguasai dan melek teknologi. Sementara dalam penerapan electronic medical record, memerlukan integrasi sistem informasi, jaminan kerahasiaan data pasien, serta kedaulatan data.

Halaman: