Perusahaan milik negara, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) berinvestasi di Gojek US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun. Induk usahanya, yakni Telkom mengungkapkan bahwa kesepakatan dilakukan Senin (16/11) kemarin.
Dalam keterbukaan informasi, Telkom optimistis kolaborasi itu akan dapat memberikan layanan dan solusi yang lebih baik bagi masyarakat dalam membangun ekosistem digital. "Ini komitmen untuk memberikan layanan beyond connectivity," demikian dikutip, Selasa (17/11).
Sebelumnya, Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro enggan berkomentar kabar akan berinvestasi di Gojek, karena terikat dengan perjanjian kerahasiaan (non-disclosure agreement/NDA). “Sepanjang belum ada kesepakatan dari pihak-pihak yang terlibat, Telkomsel tidak dapat memberikan informasi apapun ke publik,” kata dia kepada Katadata.co.id, akhir Oktober lalu (29/10).
Ia hanya menjelaskan bahwa perusahaan terus mencari peluang pengembangan usaha baik secara organik maupun anorganik. Organik yakni dengan meningkatkan bisnis secara alami, sementara anorganik melalui merger atau akuisisi.
Langkah strategis tersebut merupakan bagian dari upaya memperkuat transformasi dan digitalisasi bisnis yang mengedepankan visi dan misi perseroan. Tentunya, berfokus pada pengembangan lini bisnis konektivitas, platform dan services digital.
Pada akhir Oktober lalu, Chief of Corporate Affairs Gojek Nila Marita mengatakan bahwa perusahaan melihat peluang untuk mendukung akselerasi digital. Ini dinilai sebagai salah satu upaya berkontribusi kepada pertumbuhan dan ketahanan ekonomi Indonesia.
"Terkait pemberitaan yang beredar, kami tidak dapat menanggapi hal tersebut," kata Nila kepada Katadata.co.id, Jumat (30/10).
Induk Telkomsel, Telkom disebut-sebut membidik Gojek sejak akhir 2018. Dana yang disiapkan tidak kurang dari US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,35 triliun.
Tempo sebelumnya melaporkan, Telkomsel akan masuk melalui dua gelombang. Pertama, dalam bentuk surat utang konversi saham US$ 150 juta yang dicairkan bertahap selama setahun setelah transaksi ditutup. Selanjutnya, perusahaan punya opsi menambah US$ 350 juta lagi dengan harga yang sudah dikunci di awal.
Pada 2018, isu Telkom akan menyuntik modal Gojek muncul setelah Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berdiskusi dengan badan usaha milik negara itu untuk membuat aplikasi berbagi tumpangan (ride-hailing). Namun, diskusi itu masih sangat awal.
Sebulan setelahnya, Telkom justru dikabarkan akan berinvestasi di decacorn nasional tersebut. Isu ini muncul di saat Gojek menjajaki pendanaan baru.
Pada Agustus lalu, isu tersebut muncul lagi. Tiga sumber DealStreetAsia menyampaikan, Telkom dalam pembicaraan untuk menyuntikkan modal ke Gojek melalui Telkomsel.
Sedangkan pada Agustus lalu, CEO MDI Ventures Donald Wihardja menyampaikan tak berencana berinvestasi di Gojek. "Kami tidak tertarik di Gojek karena bukan target," ujarnya kepada Katadata.co.id, Agustus lalu (25/8). MDI merupakan perusahaan modal ventura besutan Telkom Group.
Alasannya, valuasi decacorn tersebut sudah terlalu tinggi. "Gojek sudah di luar target modal ventura, harus mencari private equity seperti TPG atau Warburg Pincus," katanya.
Meski demikian, ia tak menampik rencana investasi ke Gojek sempat dibahas oleh induk usaha. Namun, ia tak mengetahui kelanjutan rencana tersebut.