Startup pendidikan (edtech) Zenius mendapatkan pendanaan pra-seri B dari OpenSpace Ventures dan Alpha JWC Ventures. Dana segar ini akan digunakan untuk mengembangkan layanan dan aplikasi.

"Kami terus bekerja sepanjang waktu untuk mengembangkan fitur baru yang akan membantu siswa mendapatkan hasil pembelajaran terbaik melalui teknologi," kata CEO Zenius Rohan Monga dikutip dari siaran pers, Selasa (5/1).

Direktur Openspace Ventures Ian Sikora mengatakan, layanan Zenius diminati selama tahun lalu. Oleh karena itu, perusahaan tertarik untuk berinvestasi di startup ini.

"Zenius merupakan salah satu perusahaan edtech paling menjanjikan yang pernah kami lihat," kata Ian. "Kami berharap putaran pendanaan baru ini mendorong pertumbuhan Zenius lebih jauh."

Partner and Investment di Alpha JWC Ventures Eko Kurniadijuga menambahkan, Zenius memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran di Indonesia. "Bukan hanya membuat para siswa diterima di universitas impian, tetapi juga mengajarkan pelajar keterampilan berpikir yang nyata," ujarnya.

Layanan belajar online seperti Zenius memang diminati selama pandemi corona. Ini mendorong pendapatan perusahaan tumbuh 70% secara tahunan (year on year/yoy) lebih selama semester kedua 2020.

Jumlah pengguna juga tumbuh lebih dari 10 kali lipat selama Maret hingga Desember 2020. Retensi pengguna pun mencapai lebih dari 90%. 

Zenius mengatakan, hampir 50% pendapatannya berasal dari segmen live class. Sedangkan kehadiran pengguna di setiap kelas rerata 400 siswa.

Pada 2020, Zenius menggratiskan sebagian besar konten yang ada di platform. Startup ini pun mengadopsi model bisnis freemium setelah memperbarui aplikasi dan re-branding pada Juni tahun lalu.

Zenius juga berkolaborasi dengan operator seluler seperti Telkomsel membuat program Ilmupedia yang menawarkan kuota pembelajaran 30 GB kepada siswa. Ada juga Zenius Telkomsel Scholarship Test, yang membimbing lebih dari 15 ribu pelajar SMA dari Banda Aceh hingga Timika. 

Perusahaan rintisan itu juga meluncurkan Sistem Manajemen Pembelajaran gratis untuk guru. Dengan program ini, Zenius menjalin kemitraan strategis dengan pemerintah daerah dan aplikasinya digunakan oleh lebih dari 6.000 guru di Indonesia.

Berdasarkan riset Google, Temasek, dan Bain and Company, aplikasi pendidikan di Asia Tenggara diunduh 20 juta kali sepanjang Januari-Agustus. Jumlahnya naik tiga kali lipat dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya enam juta.

Chief Investment Strategist Temasek Rohit Sipahimalani sempat memperkirakan bahwa investor akan berfokus pada startup sektor edtech, kesehatan (healthtech), dan teknologi finansial (fintech). "HealthTech dan EdTech  memainkan peran penting selama pandemi Covid-19, dengan tingkat adopsi yang sesuai," kata dia saat konferensi pers virtual terkait ‘e-Conomy SEA 2020’, November tahun lalu (24/11/2020).

Ia menyebutkan, pendanaan ke startup pendidikan regional US$ 270 juta pada tahun lalu. Jumlahnya naik lebih dari tiga kali lipat dibandingkan 2018 US$ 80 juta.

Pendanaan ke startup pendidikan Asia Tenggara (e-Conomy SEA 2020
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan