Startup Aruna menilai, potensi perikanan Indonesia besar. Namun ada dua tantangan yang harus dihadapi perusahaan.
Pertama, infrastruktur. “Ini cukup menantang,” kata Co-founder sekaligus General Director Aruna Utari Octavianty dalam acara Next Gen Summit 2021, Selasa (6/4).
Itu karena Indonesia sangat luas dan berupa kepulauan. Kondisi infrastruktur di masing-masing wilayah pun berbeda, dan tidak merata.
Ada banyak mitra nelayan Aruna yang menghadapi kendala infrastruktur seperti akses internet. “Banyak juga yang tidak mempunyai ponsel pintar (smartphone)," katanya.
Tantangan kedua yakni ketersediaan sumber daya manusia (SDM). Utari mencatat, minat masyarakat untuk bekerja di sektor perikanan minim.
"Tidak semua anak muda, ketika lulus sekolah, ingin bekerja di sektor maritim sekalipun berasal dari wilayah pesisir. Mereka juga tidak berminat kembali ke sana," ujar dia.
Untuk mengatasi kedua tantangan tersebut, Aruna membuat kelompok pemuda lokal. Mereka memberikan edukasi terkait pemanfaatan teknologi kepada nelayan.
Aruna juga menyediakan layanan teknologi yang tidak membutuhkan akses internet. Selain itu, memberikan fasilitas internet di tiap lokasi, sebagai tempat kelompok pemuda lokal berkumpul memberikan edukasi teknologi kepada nelayan itu.
Di satu sisi, Utari menilai potensi hasil laut Tanah Air sangat besar karena 70% dari luas wilayah merupakan lautan. Panjang garis pantai Indonesia pun mencapai 99.093 kilometer.
Sedangkan pemerintah menyatakan bahwa pemanfaatan sumber daya alam (SDA) kelautan Indonesia untuk perekonomian tergolong kecil, yakni kurang dari 10%. Oleh karena itu, potensi yang bisa digali masih sangat besar.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia juga mencatat, ekspor produk perikanan tumbuh 7% secara tahunan (year on year/yoy) tahun lalu. Sektor ini juga berhasil menekan impor 12%.
Jika dirinci, neraca perdagangan produk perikanan naik lebih dari 9%. Artinya, sektor ini memiliki kekuatan dalam mendongkrak perekonomian nasional.
Apalagi pada masa pandemi Covid-19, permintaan produk perikanan meningkat. Ini karena masyarakat mulai sadar akan pentingnya mengonsumsikan makanan bergizi, termasuk ikan, utamanya saat pagebluk virus corona.
"Saat pandemi permintaan banyak. Kami bekerja sama dengan e-commerce lokal untuk menambah fasilitas pemasaran produk baru," kata Utari. Bisnis Aruna pun tercatat tumbuh 40% per Agustus tahun lalu.
Saat ini, perusahaan menggaet 20 ribu mitra nelayan di 31 lokasi pesisir di Indonesia. Aruna menyalurkan produk perikanan dan hasil laut nelayan ke pasar ekspor di Asia Tenggara, Asia Timur, Amerika Utara, dan Timur Tengah, serta pasar domestik.
Seiring besarnya potensi perikanan Tanah Air, Aruna pun diminati oleh investor. Startup ini meraih pendanaan dari investor terdahulu (existing investor) yakni East Ventures, AC Ventures, dan SMDV pada tahun lalu. Dana segar yang dihimpun mencapai US$ 5,5 juta atau sekitar Rp 81,2 miliar.
Partner di East Ventures Melisa Irene mengatakan, startup di sektor perikanan dan kelautan dinilai dapat menjawab masalah inefisiensi rantai pasok hasil laut. "Ini masalah yang kami lihat. Startup bisa menyediakan solusi yang tepat. Itu yang kami suka, dan kami investasi," katanya, Agustus tahun lalu (19/8/2020).