Konglomerat Hong Kong Incar Startup Moncer di Indonesia

ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/rwa.
Karyawan menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, Rabu (6/1/2021).
10/5/2021, 11.54 WIB

Perusahaan modal ventura milik konglomerat Hong Kong Li Ka Shing, Horizons Ventures Ltd. mengincar startup Asia Tenggara, terutama Indonesia. Mereka pun membentuk tim untuk mencari peluang di kawasan ini.

Di Indonesia, Horizons bermitra dengan salah satu perusahaan modal ventura di Asia Tenggara, Alpha JWC Ventures. Melalui kemitraan ini, Horizons mengidentifikasi startup yang berpeluang moncer di kawasan.

"Horizons Ventures akan berfokus ke pasar Asia Tenggara, khususnya yang terbesar yakni Indonesia," kata pendiri Horizons Ventures Solina Chau dikutip dari Bloomberg, Minggu (9/5).

Selama setahun terakhir, Horizons berinvestasi di tiga perusahaan rintisan Indonesia yaitu di bidang investasi online Ajaib, kuliner Kopi Kenangan, dan perhotelan Bobobox. Horizons mengumpulkan lebih dari US$ 210 juta selama setahun berinvestasi di Tanah Air.

Direktur Horizons Ventures Frances Kang mengatakan, perusahaan menyasar pasar Asia Tenggara setelah beralih dari beberapa negara tujuan investasi seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Israel. Horizons merupakan salah satu investor Zoom, emiten di bursa saham AS.

"Pada masa lalu, kami merasakan lebih banyak peluang dari pengembangan teknologi di AS, Eropa, dan Israel. Tetapi sekarang kami melihat Indonesia dan Asia Tenggara yang lebih luas,” katanya.

Berdasarkan laporan DealStreetAsia menunjukkan, startup di Asia Tenggara meraih pendanaan US$ 6 miliar atau sekitar Rp 87,7 triliun pada kuartal pertama 2021. Nilainya melonjak 43% secara tahunan (year on year/yoy) dan 48% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq).

Investasi itu diperoleh dari setidaknya 211 kesepakatan. Hampir 70% dana terkumpul merupakan modal yang dijaminkan pada 2020.

Pencapaian tersebut disebut menyentuh rekor.

Co-Founder sekaligus Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengatakan, faktor pendorong lonjakan pendanaan ke startup di Asia Tenggara pada kuartal pertama yakni pemulihan ekonomi.

Selain itu, digitalisasi aktivitas bisnis menjadi lebih cepat dan luas selama pandemi corona. Menurut riset Google, Bain & Co. dan Temasek Holdings Pte, pengguna internet di Asia Tenggara juga meningkat empat kali lipat secara tahunan pada 2020 menjadi 40 juta. 

Kepercayaan investor juga semakin meningkat seiring menurunnya kasus virus corona dan vaksinasi Covid-19. "Sekarang, setelah startup selamat dari krisis terburuk dan bahkan kembali lebih kuat, kami dapat mulai mencari perusahaan rintisan baru untuk investasi," kata Willson dikutip dari DealStreetAsia, medio bulan lalu (15/4).

Sedangkan tahun lalu, Cento Ventures mencatat bahwa pendanaan ke startup Asia Tenggara sebesar US$ 8,2 miliar. Jumlah kesepakatan investasi 645.

Berdasarkan nilainya, Indonesia berkontribusi 70% terhadap total pendanaan pada 2020. Lalu Singapura (14%), Malaysia (5%), Thailand (5%), Vietnam (4%), dan Filipina (2%).

Sedangkan dari sisi jumlah kesepakatan investasi, Singapura memimpin dengan porsi 37%. Lalu Indonesia (27%), Vietnam (14%), Malaysia (12%), Thailand (6%), dan Filipina (5%).

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan