Ekonomi Pulih, Startup Indonesia Favorit Investor setelah Cina & India
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 3,69% pada 2021, setelah terkontraksi 2,07% di 2020. Kondisi ekonomi yang membaik tersebut membuat investor modal ventura optimis startup Indonesia menjadi tujuan investasi, setelah Cina dan India pada tahun ini.
Managing Partner Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengatakan, dengan kondisi pertumbuhan ekonomi tersebut, pendanaan startup di Indonesia diyakini akan pesat tahun ini.
Ditambah, ekosistem startup dan modal ventura di Indonesia sudah terbentuk.
"Indonesia menjadi destinasi investasi startup setelah Cina dan India," kata Edward kepada Katadata.co.id, kemarin (8/2).
Setidaknya ada 12 startup Indonesia yang meraih pendanaan tahun ini. Pada Januari, ada enam perusahaan rintisan yang mendapatkan suntikan dana. Lalu, enam startup mengumumkan perolehan investasi hanya dalam delapan hari awal bulan ini.
Faktor pesatnya investasi startup tahun ini salah satunya karena semakin banyak startup yang sudah matang. "Arah fasenya menuju ke capital market atau melantai di bursa (IPO)," katanya.
Tercatat, sejumlah startup Indonesia berencana IPO tahun ini, diantaranya GoTo, Kredivo, Tiket.com, hingga Traveloka.
"Ini menjadi pertimbangan dan tentu membuat para investor makin bullish serta gencar melakukan investasi di Indonesia," katanya.
Ia memperkirakan, ada sejumlah sektor startup yang menjadi incaran investor, yakni teknologi finansial (fintech), pendidikan, kesehatan, pertanian, hingga logistik.
Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R Sirait mengatakan, investasi ke startup tahun ini akan semakin meningkat dipengaruhi oleh pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.
"Penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi yang lebih baik membuat investment deal mengikuti irama sama, bahkan menjadi lebih cepat," katanya.
Sedangkan, Jefri menambahkan, sektor startup Indonesia lainnya yang akan menjadi incaran investor yakni startup di bidang rantai pasok (supply chain) dan sustainable development goals (SDGs).
Sebelumnya, BPS mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 mencapai 3,69%. Angkanya lebih baik dibandingkan 2020 yang mengalami kontraksi 2,07%, namun berada di bawah proyeksi Menteri Keuangan Sri Mulyani sebesar 4%.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, kinerja perekonomian Indonesia ditopang perekonomian global pada kuartal IV yang menunjukkan perbaikan.
Hal ini ditandai dengan purchasing managers index (PMI) global pada Oktober hingga Desember 2021 yang berada di atas level 50.
Ekspansi ekonomi pada kuartal keempat juga ditunjukkan oleh mobilitas masyarakat yang meningkat seiring kasus harian Covid-19 yang menurun.
Perbaikan mobilitas, menurut dia, berpengaruh pada aktivitas ekonomi domestik, terutama sektor transportasi domestik dan internasional.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo juga memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih baik pada tahun ini meskipun ada penyebaran Omicron.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2022 bisa mencapai 5,5%. Dia menambahkan Covid-19 varian Omicron memang tengah menyebar di Indonesia. Namun, pelonggaran pembatasan akan membantu pemulihan ekonomi.