Startup Pitik Gaet Charoen Pokhpan untuk Digitalisasi Peternakan Ayam

ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/wsj.
Pekerja memeriksa kondisi kandang dan ayam di peternakan ayam modern Naratas, Desa Jelat, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Sabtu (11/4/2020).
Penulis: Lenny Septiani
25/10/2022, 11.13 WIB

Startup pertanian (agritceh) Pitik bekerja sama dengan Charoen Pokphand Indonesia terkait uji coba implementasi teknologi digital di bidang peternakan ayam. Pitik akan menggunakan smart farming dan machine learning alias mesin pembelajar.

Co-Founder sekaligus CEO Pitik Arief Witjaksono menyampaikan, kedua teknologi itu digunakan untuk meningkatkan efisiensi produksi kandang ayam broiler yang terafiliasi dengan grup Charoen Pokphand Indonesia.

Teknologi smart farming Pitik akan dieksplorasi untuk dapat meningkatkan efisiensi farm yang terafiliasi dengan grup Charoen Pokphand Indonesia di Indonesia.

“Kerja sama ini menjadi langkah penting dalam proses digitalisasi sektor peternakan ayam di Indonesia, terutama karena Charoen Pokphand Indonesia merupakan perusahaan agro industri terbesar yang beroperasi di Indonesia sejak 1971,” kata Arief dalam keterangan pers, Selasa (25/10).

COO Pitik Rymax Joehana menjelaskan, teknologi smart farming yang mereka kembangkan bertujuan mengatasi lambatnya masa panen peternak ayam di Indonesia. Ia mencatat, berat panen ayam broiler di Indonesia tertinggal 20% - 30% dari standar peternakan dunia.

Akibatnya, pendapatan peternak lokal rendah. Mereka juga kesulitan memprediksi waktu panen.

Untuk mengatasi masalah tersebut, teknologi smart farming Pitik dilengkapi dengan perangkat Internet of Things (IoT), Camera Tech berbasis kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI), dan Smart Scale.

Alat itu diklaim mampu mendeteksi variabel penting di kandang, yakni temperatur, kelembaban, kadar ammonia, kecepatan angin, dan lainnya secara real-time atau pada waktu yang sama.

Perangkat itu juga terintegrasi dengan sistem manajemen data berbasis komputasi awan alias cloud yang didukung oleh teknologi machine learning. “Algoritme machine learning yang kami kembangkan mampu memprediksi siklus produksi yang bermasalah dengan akurasi lebih dari 90%,” ujar Rymax.

“Ini sangat berguna memberikan visibilitas ke peternak apa yang akan terjadi di kandangnya sebelum masalah tersebut muncul, sehingga mereka dapat mengambil langkah pencegahan, “ tambah dia.

Perangkat teknologi smart farming Pitik telah uji coba di lima lokasi farm dengan total populasi ayam 180 ribu ekor. Totalnya, sensor IoT Pitik terpasang di 500 titik di seluruh Jawa. 

Selain itu, jumlah pengguna teknologi Pitik meningkat delapan kali lipat dalam 10 bulan terakhir.

Assistant Vice President (AVP) Charoen Pokphand Indonesia Antoni mengatakan, berdasarkan observasi yang dilakukan, teknologi smart farming Pitik jauh lebih unggul dibandingkan alternatif lain.

“Selain itu, dari sisi penggunaan pun paling mengedepankan peternak (farmer-centric) sehingga mudah diimplementasikan,” ujar Antoni.

Charoen Pokphand Indonesia merupakan bagian dari konglomerat asal Thailand, Charoen Pokphand Group. Grup ini memiliki delapan lini bisnis yang mencakup 13 kelompok usaha.

Reporter: Lenny Septiani